JAKARTA, investor.id-Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) ditutup terus naik pada Rabu (13/8/2025), reli empat hari beruntun. Kenaikan ini didorong oleh penguatan pasar minyak nabati global serta sentimen positif dari ekspor,
Berdasarkan data BMD pada penutupan Rabu (13/8/2025), kontrak berjangka CPO untuk Agustus 2025 naik 24 Ringgit Malaysia menjadi 4.367 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak berjangka CPO September 2025 menguat 24 Ringgit Malaysia menjadi 4.387 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, kontrak berjangka CPO Oktober 2025 terkerek 33 Ringgit Malaysia di 4.435 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO November 2025 meningkat 40 Ringgit Malaysia di 4.470 Ringgit Malaysia per ton.
Sedangkan kontrak berjangka CPO Desember 2025 melesat 47 Ringgit Malaysia menjadi 4.489 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Januari 2026 naik 41 Ringgit Malaysia menjadi 4.486 Ringgit Malaysia per ton.
Dikutip dari Bernama, Kepala Riset Komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai Anilkumar Bagani menjelaskan, keputusan China untuk memberlakukan bea masuk antidumping sementara sebesar 75,8% terhadap impor canola dari Kanada mulai 14 Agustus memicu reli harga kontrak rapeseed oil di Bursa Komoditas Zhengzhou (ZCE).
Kenaikan ini kemudian diikuti oleh penguatan harga minyak kedelai dan minyak sawit di Bursa Dalian (DCE). "Kekuatan pasar minyak kedelai di Amerika Utara dan Selatan, ditambah permintaan yang kembali menguat dari India dan China, turut memberi dorongan tambahan bagi kontrak CPO di BMD," kata Anilkumar.
Ekspor CPO
Data Asosiasi Pabrik Minyak Sawit Semenanjung Selatan (SPPOMA) menunjukkan, ekspor minyak sawit Malaysia pada 1-10 Agustus melonjak lebih dari 20%, sementara produksinya turun pada periode yang sama.
Anilkumar menambahkan, data terbaru dari Malaysian Palm Oil Board ( MPOB ) serta laporan bullish World Agricultural Supply and Demand Estimates (WASDE) menjadi pemicu reli harga minyak nabati.
Laporan WASDE Agustus mempertahankan proyeksi produksi minyak sawit global 2025/2026, dengan Malaysia diperkirakan memproduksi 19,5 juta ton dan mengekspor 16,1 juta ton.
Meski demikian, penguatan ringgit terhadap dolar AS menahan sebagian kenaikan harga CPO dalam denominasi ringgit.
Sementara itu, trader minyak sawit David Ng mengatakan, pasar CPO lokal juga mengikuti kenaikan harga minyak kedelai setelah laporan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak China untuk melipatgandakan pembelian kedelai.
"Sentimen ekspor yang lebih baik dalam beberapa minggu ke depan juga memberikan dukungan terhadap harga CPO. Kami melihat level support di 4.350 Ringgit Malaysia per ton dan resistance di 4.480 Ringgit Malaysia per ton," kata Ng.
Sumber : investor.id
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()