Ipotnews - Minyak sawit (CPO) berjangka Malaysia diperdagangkan lebih rendah, Kamis, karena investor membukukan keuntungan, sementara kelompok industri di Indonesia dilaporkan melobi pemerintah untuk menunda peluncuran mandat biofuel B50.
Harga minyak sawit acuan untuk kontrak pengiriman Oktober di Bursa Derivatif Malaysia merosot 41 ringgit, atau 0,92%, menjadi 4.394 ringgit (USD1.047,44) per metrik ton pada jeda tengah hari, demikian laporan Reuters, di Jakarta, Kamis (14/8).
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, meminta pemerintah untuk meninjau kembali rencana tersebut karena dapat menyebabkan penurunan ekspor minyak sawit.
Seorang pejabat pemerintah membantah telah menerima proposal tersebut, dan GAPKI mengatakan kepada Reuters bahwa mereka belum mengajukan permintaan tertulis.
"Harga minyak berjangka diperdagangkan lebih rendah hari ini karena aksi ambil untung di tengah pembicaraan GAPKI yang meminta pejabat untuk menunda mandat (B50) karena industri belum siap untuk itu," kata Anilkumar Bagani, Kepala Riset Sunvin Group, yang berbasis di Mumbai.
Kontrak minyak kedelai (soyoil) teraktif Dalian turun 0,37%, sementara kontrak minyak sawitnya melemah 0,72%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade juga menyusut 0,51%.
Minyak sawit mengikuti pergerakan harga minyak pesaing karena berkompetisi untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Sementara itu, bea masuk anti-dumping awal China untuk kanola Kanada akan berlaku mulai Kamis, memperparah sengketa perdagangan yang dimulai dengan tarif Ottawa atas impor kendaraan listrik China Agustus lalu.
Malaysia menaikkan harga acuan minyak sawit periode September, sebuah perubahan yang meningkatkan tarif bea keluar menjadi 10%, menurut surat edaran di situs web Malaysian Palm Oil Board, Rabu.
Harga minyak naik, Kamis, karena investor tetap berhati-hati mengenai pertemuan AS-Rusia terkait Ukraina, Jumat, akan menyebabkan pelonggaran sanksi minyak mentah Rusia dan bahkan dapat mengakibatkan tindakan lebih lanjut terhadap pembeli, sementara prospek pasar yang lemah membatasi penguatan.
Harga minyak mentah berjangka yang lebih kuat menjadikan CPO pilihan yang lebih menarik untuk bahan baku biodiesel.
Ringgit, mata uang perdagangan kelapa sawit, menguat 0,24% terhadap dolar, membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
"Minyak sawit masih menargetkan kisaran 4.388-4.400 ringgit per metrik ton, karena gagal menembus resistance kuat di 4.455 ringgit," kata analis teknikal Reuters, Wang Tao. (ef)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()