RI Disebut Kurang Gairah Adopsi Industri Hijau, Kalah dari Vietnam-China

avatar
· Views 17
RI Disebut Kurang Gairah Adopsi Industri Hijau, Kalah dari Vietnam-China
Ilustrasi/Foto: Reuters
Jakarta

Gairah mendorong transisi industri konvensional ke hijau yang dilakukan pemerintah disebut kurang berambisi. Di kawasan Asia, industri hijau Indonesia sendiri disebut tertinggal dengan beberapa negara tetangga.

Deputi Direktur The Prakarsa, Victoria Fanggidae, membandingkan akselerasi industri hijau RI dengan Vietnam. Dari sisi otomotif misalnya, Vietnam jauh lebih unggul dari Indonesia mengingat ekosistem pasar kendaraan listrik di negara tersebut jauh lebih hidup.

Ia menjelaskan, pemerintah Vietnam memberikan berbagai insentif sesuai dengan tingkat pendapatan konsumen. Sehingga, seluruh kelas ekonomi di Vietnam dapat mengakses produk kendaraan atau pun mengkonversi kendaraan konvensional ke listrik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Vietnam, (industri) kecil-kecil EV sudah mulai hidup, diberilah insentif ini. Ini langsung dia memakai means tested juga untuk beralih konsumen dengan batas pendapatan sekian, subsidi-nya pun dia gradasi. Sehingga yang pendapatan lebih rendah mendapatkan subsidi untuk konversi ke kendaraan listrik," ungkap Victoria dalam acara Talk Show 30 Tahun Indef di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (14/8/2025).

Baca juga: RI Bakal Gandeng Perusahaan China buat Bangun PLTS 100 GW

ADVERTISEMENT

Sementara di Indonesia, terang Victoria, penerima insentif kendaraan listrik lebih banyak berasal dari perusahaan jasa transportasi online. Hal itu dikarenakan pembelian kendaraan listrik yang dilakukan perusahaan tersebut jauh lebih banyak ketimbang masyarakat secara individu.

Sementara persaing industri hijau global, Victoria menyebut China masih merajai kapitalisasi pasar dengan persentase sebesar 90%. Sementara Indonesia, masih berada di bawah 5%. Padahal secara minat produk, Indonesia memiliki pasar tersendiri untuk produk industri hijaunya, salah satunya melalui hilirisasi nikel.

Victoria juga menyebut, pemerintah masih perlu banyak membenahi regulasi dan tata kelola sejalan dengan penempatan insentif yang tepat sasaran dan tidak hanya terpusat pada satu paket kebijakan besar.

"China punya pasar, dia melakukan itu. Kita juga punya pasar sebetulnya. Tapi kita belum melakukan itu dengan ambisi yang belum cukup besar sesuai kapasitas.
Ini negara besar dengan ambisi cukup kecil," tutupnya.

(fdl/fdl)

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest