Ipotnews - Harga minyak ditutup melemah hampir 1 dolar pada Jumat (15/8) akhir pekan ini, seiring para pelaku pasar menunggu pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang berpotensi mengarah pada pelonggaran sanksi terhadap Moskow terkait perang di Ukraina.
Minyak Brent ditutup turun 99 sen atau 1,5% menjadi 65,85 dolar per barel, sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate melemah 1,16 dolar atau 1,8% menjadi 62,80 dolar per barel. Sepanjang pekan ini, WTI turun 1,7%, sementara Brent melemah 1,1%.
Trump tiba di Alaska pada Jumat untuk menghadiri KTT dengan Putin, setelah sebelumnya menyatakan ingin melihat gencatan senjata dalam perang Ukraina "hari ini."
Trump mengatakan ia yakin Rusia siap mengakhiri perang, namun juga mengancam akan memberlakukan sanksi sekunder terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia jika tidak ada kemajuan dalam pembicaraan damai.
Putin juga telah tiba di Anchorage. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia berharap pertemuan ini menghasilkan kemajuan, menurut laporan kantor berita Interfax.
"Presiden Trump kemungkinan akan mengancam peningkatan tekanan tarif terhadap India dan mungkin juga China terkait impor minyak dari Rusia jika pertemuan menemui jalan buntu, yang membuat perdagangan minyak tetap waspada," kata Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial.
"Jika diumumkan adanya gencatan senjata, itu akan menjadi sentimen negatif bagi harga minyak dalam jangka pendek," tambah Kissler.
Sementara itu, data ekonomi yang lemah dari China meningkatkan kekhawatiran terhadap permintaan bahan bakar. Data pemerintah menunjukkan pertumbuhan produksi industri turun ke level terendah delapan bulan, dan pertumbuhan penjualan ritel melambat ke titik terendah sejak Desember, sehingga menekan sentimen meskipun throughput minyak meningkat di negara konsumen minyak terbesar kedua dunia tersebut.
Pemrosesan minyak di kilang China pada Juli naik 8,9% dibanding tahun sebelumnya, namun lebih rendah dari level Juni yang merupakan tertinggi sejak September 2023. Meski meningkat, ekspor produk minyak China pada bulan lalu juga lebih tinggi dibanding tahun lalu, yang mengindikasikan permintaan domestik menurun.
Prediksi surplus pasar minyak yang terus bertambah juga membebani sentimen, ditambah prospek suku bunga tinggi AS yang bertahan lama. Jumlah rig minyak, yang menjadi indikator pasokan masa depan, naik satu menjadi 412 unit minggu ini, menurut data Baker Hughes.
Analis Bank of America pada Kamis mengatakan mereka memperlebar perkiraan surplus pasar minyak, dengan alasan meningkatnya pasokan dari kelompok produsen OPEC + yang terdiri dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak, Rusia, dan sekutunya.
Mereka kini memproyeksikan surplus rata-rata 890.000 barel per hari dari Juli 2025 hingga Juni 2026. Perkiraan ini mengikuti proyeksi Badan Energi Internasional pekan ini yang menyatakan pasar minyak tampak "kebanjiran pasokan" setelah adanya peningkatan produksi dari OPEC +.
(reuters)
Sumber : admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()