Market Cermati Potensi Perundingan Damai Rusia-Ukraina, Minyak Melorot

• Harga minyak turun karena pasar menanggapi potensi perundingan damai antara Rusia, Ukraina, dan AS, yang bisa mengarah pada pencabutan sanksi terhadap minyak Rusia dan meredakan risiko geopolitik.
• Minyak mentah Brent dan WTI masing-masing turun sekitar 0,78% dan 0,87%, setelah sebelumnya sempat menguat; pasar menilai pernyataan Trump menunjukkan penurunan risiko gangguan pasokan global.
• Trump mendorong diakhirinya perang Ukraina dan meredakan sanksi sekunder terhadap importir minyak Rusia, tetapi masih ada kekhawatiran bahwa kesepakatan damai bisa condong ke kepentingan Rusia.

Ipotnews - Harga minyak melorot, Selasa, karena pelaku pasar mempertimbangkan kemungkinan perundingan tiga arah yang melibatkan Moskow, Kyiv, dan Washington untuk mengakhiri perang di Ukraina, yang bisa berujung pada pencabutan sanksi terhadap minyak mentah Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 52 sen, atau 0,78%, menjadi USD66,07 per barel pada pukul 12.55 WIB, demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Selasa (19/8).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman September, yang akan berakhir Rabu, menyusut 55 sen, atau 0,87%, menjadi USD62,87 per barel. Kontrak WTI Oktober yang lebih aktif melemah 55 sen, atau 0,9%, menjadi USD62,15 per barel.
Harga minyak Brent dan WTI ditutup menguat sekitar 1% pada sesi sebelumnya.
Setelah berunding dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan sekelompok sekutu Eropa di Gedung Putih, Senin, Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam sebuah unggahan media sosial bahwa dia telah menghubungi mitranya dari Rusia, Vladimir Putin, dan mulai mengatur pertemuan antara Putin dan Zelenskiy, yang akan diikuti KTT trilateral antara ketiga presiden tersebut.
"Harga minyak sebagian besar merespons hasil pertemuan terakhir antara Trump-Putin dan Trump-Zelenskiy. Meski tampaknya belum ada kesepakatan damai atau gencatan senjata yang akan segera terjadi, ada beberapa kemajuan yang dicapai dan kemungkinan eskalasi atau intensifikasi sanksi lebih lanjut terhadap Rusia dari AS atau Eropa mungkin belum akan terjadi untuk saat ini," kata Suvro Sarkar, Kepala Analis Energi DBS Bank.
"Pernyataan Trump tentang sanksi sekunder terhadap importir minyak Rusia juga telah dilonggarkan...yang seharusnya tidak akan menimbulkan risiko gangguan pada pasokan minyak global. Oleh karena itu, kami yakin risiko geopolitik telah sedikit mereda di pasar minyak pekan ini."
Zelenskiy menggambarkan pembicaraan langsungnya dengan Trump sebagai "sangat baik" dan mengatakan mereka telah membahas kebutuhan Ukraina akan jaminan keamanan Amerika. Trump mengonfirmasi bahwa AS akan membantu dengan jaminan tersebut, meski sejauh mana belum jelas.
Trump mendesak agar perang paling mematikan di Eropa dalam 80 tahun itu segera diakhiri, tetapi Kyiv dan sekutunya khawatir dia mungkin akan berusaha memaksakan kesepakatan dengan persyaratan Rusia.
"Hasil yang akan menurunkan ketegangan dan menghilangkan ancaman tarif atau sanksi sekunder bakal membuat harga minyak bergerak lebih rendah menuju target rata-rata USD58 per barel pada kuartal IV-2025 atau kuartal pertama 2026," ujar Bart Melek, analis TD Securities.
"Hasil yang akan membuat Ameirka memberikan tekanan pada Rusia dalam bentuk tarif sekunder yang lebih luas terhadap pelanggan minyak Rusia (seperti yang sekarang dihadapi oleh India) niscaya akan mendorong harga minyak mentah ke level tertinggi yang terlihat beberapa pekan lalu."
Dua minggu lalu, Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 25% atas barang-barang India sebagai sanksi atas impor minyak Rusia yang berkelanjutan.
New Delhi menuduh AS menerapkan standar ganda dalam menyoroti impor minyak Rusia, menyebut tarif tersebut tidak adil, tidak dapat dibenarkan, dan tidak masuk akal. (Bloomberg/AI)

Sumber : Admin