Stok Amerika Merosot, Harga Minyak Berjangka Melonjak Lebih dari Satu Persen

avatar
· Views 22
  • Harga minyak melambung 2% karena penurunan stok AS yang jauh di atas perkiraan.
  • Negosiasi perang Ukraina picu volatilitas, tapi resolusi cepat tampak kecil; sanksi minyak Rusia masih berlaku.
  • Pasokan global variatif: ekspor Saudi turun, produksi Norwegia naik, dan Iran belum siap lanjutkan negosiasi nuklir.

Ipotnews - Harga minyak melonjak lebih dari 1%, Rabu, ditopang penurunan mingguan persediaan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan, sementara investor menunggu langkah selanjutnya dalam perundingan untuk mengakhiri perang Ukraina, dengan sanksi terhadap barel Rusia masih berlaku untuk saat ini.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melesat USD1,05, atau 1,6%, menjadi USD66,84 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (20/8) atau Kamis (21/8) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menguat 86 sen, atau 1,4%, menjadi USD63,21 per barel.
Badan Informasi Energi (EIA) Amerika mengatakan perusahaan energi menarik 6,0 juta barel minyak mentah dari persediaan selama pekan yang berakhir hingga 15 Agustus.
Angka tersebut lebih besar dari penarikan 1,8 juta barel yang diprediksi analis dalam jajak pendapat  Reuters  dan penurunan 2,4 juta barel menurut data kelompok perdagangan American Petroleum Institute, Selasa.
"Kita mengalami penurunan pasokan minyak mentah yang cukup besar. Kita melihat peningkatan ekspor...Hal itu dan permintaan kilang yang kuat benar-benar menjadikan laporan ini bullish," kata John Kilduff, mitra di Again Capital.
Selasa, harga minyak mentah merosot lebih dari 1% - dengan WTI ditutup pada level terendah sejak 30 Mei - di tengah optimisme kesepakatan untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina tampak semakin dekat.
"Sebagian besar pergerakan harga yang fluktuatif ini didorong update harian mengenai negosiasi Ukraina/Rusia yang berubah-ubah dari bearish menjadi bullish sejauh menyangkut dampaknya terhadap neraca minyak di masa mendatang," kata analis Ritterbusch and Associates.
Presiden AS Donald Trump mengakui bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin tidak ingin membuat kesepakatan.
Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar kedua pada 2024 setelah Amerika, sehingga perjanjian apa pun yang dapat meringankan sanksi terhadap Moskow akan meningkatkan jumlah barel Rusia yang tersedia untuk diekspor ke pasar global.
Selasa, Trump mengatakan dia mengesampingkan kemungkinan menempatkan pasukan Amerika di Ukraina, tetapi mengatakan AS mungkin akan memberikan dukungan udara sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri perang Rusia di negara itu.
Rabu, Rusia mengatakan upaya untuk menyelesaikan masalah keamanan terkait Ukraina tanpa partisipasi Moskow adalah "jalan yang sia-sia", memberikan peringatan kepada Barat yang sedang berjuang untuk mendapatkan jaminan perlindungan Kyiv di masa depan.
Rusia mengatakan pihaknya berharap untuk terus memasok minyak ke India meski ada peringatan dari Amerika, kata pejabat kedutaan Rusia di New Delhi, Rabu, seraya menambahkan bahwa Moskow berharap perundingan trilateral akan segera berlangsung dengan India dan China.
Trump mengumumkan tarif tambahan sebesar 25% untuk barang-barang India yang diekspor ke AS mulai 27 Agustus, sebagai hukuman karena membeli minyak Rusia.
Perusahaan penyulingan minyak "pelat merah" India, Indian Oil dan Bharat Petroleum, membeli minyak Rusia untuk pengiriman September dan Oktober, melanjutkan pembelian setelah diskon diperluas, ungkap dua pejabat BUMN tersebut, Rabu.
Pasukan Rusia maju ke wilayah timur Dnipropetrovsk, Ukraina, dan berhasil merebut Desa Novoheorhiivka, dekat dengan wilayah Donetsk, ungkap Kementerian Pertahanan Rusia, Rabu.
"Kemungkinan penyelesaian konflik dengan Rusia secara cepat kini tampaknya mustahil," ujar Daniel Hynes, analis ANZ.
Pemasok Lain
Dalam berita pasokan lainnya, Iran yakin momen untuk perundingan nuklir "efektif" dengan Washington belum tiba, ujar diplomat Teheran, Rabu.
Iran adalah produsen minyak mentah terbesar ketiga di Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) pada 2024 setelah Arab Saudi dan Irak, sehingga kesepakatan apa pun untuk melonggarkan sanksi terhadap Teheran akan mendorong ekspor minyak Iran ke pasar global.
Sementara itu, di Arab Saudi, ekspor minyak mentah merosot sepanjang Juni ke level terendah dalam tiga bulan, menurut data dari Joint Organizations Data Initiative ( JODI ).
Di Norwegia, produsen minyak terbesar kedua di Eropa setelah Rusia, gabungan produksi minyak dan gas melampaui perkiraan resmi 3,9% pada Juli, menurut Norwegian Offshore Directorate (NOD). (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest