- Brent naik 1,2% ke USD67,67 dan WTI menguat 1,3% ke USD63,52 per barel, dipicu meningkatnya ketegangan Rusia-Ukraina dan kekhawatiran pasokan global.
- Stok minyak mentah AS turun 6 juta barel, jauh di atas ekspektasi, menandakan permintaan domestik yang kuat dan mendukung kenaikan harga.
- Investor menanti pidato Chairman Fed Jerome Powell yang bisa memberi sinyal pemangkasan suku bunga, berpotensi memengaruhi sentimen pasar energi.
Ipotnews - Harga minyak melonjak hampir satu dolar per barel, Kamis, dipicu meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina serta data terbaru yang menunjukkan permintaan kuat di Amerika, konsumen minyak terbesar dunia.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melesat 83 sen atau 1,2% menjadi USD67,67 per barel, level tertinggi dalam dua pekan terakhir, demikian laporan Reuters, di New York, Kamis (21/8) atau Jumat (22/8) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menguat 81 sen atau 1,3% menjadi USD63,52 per barel.
Kedua acuan harga minyak itu juga mencatat kenaikan lebih dari 1% pada sesi sebelumnya.
Jalan menuju perdamaian di Ukraina masih belum pasti, membuat trader minyak berhati-hati setelah aksi jual selama dua pekan terakhir di tengah harapan Presiden AS Donald Trump akan segera merundingkan akhir diplomatik perang Rusia dengan tetangganya.
Kedua pihak saling menyalahkan atas terhentinya negosiasi. Rusia dilaporkan melancarkan serangan udara besar di dekat perbatasan Ukraina dengan Uni Eropa, sementara Ukraina mengklaim menyerang kilang minyak Rusia.
"Risiko geopolitik mulai kembali masuk ke dalam harga pasar," tulis firma penasihat perdagangan minyak Ritterbusch and Associates.
Analis PVM Oil Associates, Tamas Varga, menyebut kebuntuan diplomasi ini membuka kembali kemungkinan diberlakukannya sanksi tambahan terhadap Rusia, yang dapat memperketat pasokan global.
Di sisi lain, data dari Badan Informasi Energi (EIA) Amerika, Rabu, memperlihatkan penyusutan stok minyak mentah AS sebesar 6 juta barel untuk pekan yang berakhir 15 Agustus--jauh di atas ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan hanya 1,8 juta barel. Hal ini menjadi sinyal positif terhadap kuatnya permintaan domestik.
"Penurunan tajam stok minyak di AS berbanding terbalik dengan proyeksi kelebihan pasokan dari IEA (Badan Energi Internasional) dan EIA untuk 2026, yang bisa mengubah ekspektasi pasar," ujar analis StoneX, Alex Hodes.
Investor juga mencermati simposium ekonomi Jackson Hole di Wyoming yang dimulai Kamis, di mana Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, dijadwalkan menyampaikan pidato penting pada Jumat. Pasar menantikan isyarat soal kemungkinan pemangkasan suku bunga AS bulan depan. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()