Mata Uang dan Indeks Saham Asia Berbeda Arah, Dolar Taiwan menuju Pekan Terburuk dalam Satu Dekade

• Mata uang emerging market  Asia cendrung melemah, indeks saham relatif menguat
• Dolar Taiwan melemah tujuh hari beruntun dan menuju pekan terburuk sejak 2015 akibat penjualan saham asing dan arus investasi keluar.
• Indeks saham EM Asia secara keseluruhan merosot 0,8% pekan ini, memutus tren kenaikan dua pekan sebelumnya..

Ipotnews - Mata uang dan indeks saham  emerging market  Asia jelang kahir sesi perdagangan hari ini, Jumat (21/8), bergerak variatif. Sebagian besar mata uang EM Asia bergerak turun, sedangkan indeks saham EM Asia cenderung menguat.
Laman Reuters melaporkan, pada pukul 15:00 WIB, dolar Taiwan memimpin pelemahan mata uang Asia pada. Mata uang ini telah mencatatkan penurunan tujuh sesi berturut-turut dan berada di jalur menuju pelemahan mingguan terbesar sejak September 2015.
Tekanan muncul setelah investor asing menjual saham lokal, sementara penduduk Taiwan lebih memilih untuk membeli obligasi luar negeri. Dolar Taiwan turun 0,6% ke level 30,682 per dolar AS, posisi terlemah dalam lebih dari tiga bulan.
Dalam tujuh sesi terakhir, mata uang ini sudah turun lebih dari 2%. Indeks saham Taipei TAIEX melorot 0,7% pada dan diperkirakan anjlok lebih dari 2% sepanjang pekan.
Sementara itu, Rupiah Indonesia turun 0,4%, melemah untuk hari keempat berturut-turut, dan menuju pekan terburuk sejak awal April. Rupee India juga berkurang 0,2%.
Di antara mata uang Asia, won Korea Selatan dan peso Filipina menjadi pengecualian dengan menguat masing-masing 0,4% dan 0,3%. Namun, won secara mingguan masih melemah 0,3%.
Indeks dolar AS (DXY) naik 0,2% dan berada di jalur kenaikan hampir 1% pekan ini.
Sebaliknya, sebagian besar bursa saham Asia bergerak menguat: KLSE Kuala Lumpur menguat 0,3% ke level tertinggi enam bulan; STI Singapura naik 0,5%; KOSPI Seoul dan SET Bangkok masing-masing melaju 0,9%.
Namun, indeks saham EM Asia secara keseluruhan merosot 0,8% pekan ini, memutus tren kenaikan dua pekan sebelumnya.
Ketidakpastian terkait kebijakan Presiden AS Donald Trump terhadap produsen  chip  asing dan aksi jual saham teknologi di Wall Street mengguncang sentimen pasar. Investor asing tercatat menjual saham senilai T$69 miliar (US$2,26 miliar) di bursa saham Taiwan pada 20 Agustus setelah koreksi tajam sektor teknologi di Wall Street, menurut data Bursa Taiwan.
"Investasi keluar penduduk melalui ETF obligasi, yang sempat melambat di kuartal II setelah tarif  liberation day , belakangan kembali meningkat. Aliran investasi ini mendorong permintaan dolar AS, sehingga memperlemah kurs USDTWD," ujar Chandresh Jain, ahli strategi suku bunga dan valas EM Asia di BNP Paribas kepada Reuters.
Investor juga terkejut dengan laporan pekan ini yang menunjukkan 95% uji coba bisnis AI gagal akibat kesenjangan pembelajaran pengguna. Menurut Wei Liang Chang, ahli strategi FX dan kredit di DBS, laporan tersebut menekan indeks KOSPI yang sarat saham chip hingga turun 2% pekan ini dan memicu arus keluar asing yang melemahkan won,
Sikap hati-hati pejabat The Fed dan data inflasi membuat investor mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga jumbo pada September. Alat CME FedWatch kini menunjukkan probabilitas 75% untuk pemangkasan 25 basis poin, turun dari 92% sepekan lalu.
Investor juga menunggu pidato Ketua The Federal Reserve Jerome Powell di simposium Jackson Hole yang akan berlangsung pada hari yang sama.
 Asia stock indexes and currencies at 0735 GMT 

Sumber : admin