Investor "Wait and See" Data Inflasi Amerika, Greenback Pertahankan Penguatan

• Dolar AS menguat tipis terhadap euro dan yen jelang rilis data inflasi PCE dan laporan kinerja Nvidia, dengan Indeks DXY naik 0,02% ke 98.227.
• Pelaku pasar menanti sinyal pemangkasan suku bunga pada pertemuan the Fed bulan depan, di tengah tekanan politik dan potensi ketidakpastian independensi bank sentral.
• Ketegangan politik di Prancis dan data inflasi produsen Inggris turut memengaruhi pergerakan mata uang utama, namun kekhawatiran pasar terhadap risiko politik Eropa mulai mereda.

Ipotnews - Dolar AS mempertahankan penguatan versus euro dan yen, Rabu, meski mengikis sebagian keuntungan di akhir sesi. Investor saat ini menahan posisi sambil menanti data ekonomi Amerika Serikat, termasuk inflasi PCE, yang bisa memberi petunjuk arah kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Euro sempat menyentuh level terendah sejak 6 Agustus dan terakhir turun 0,09% menjadi USD1,1631. Poundsterling naik 0,12% jadi USD1,3496, sementara dolar AS melemah 0,14% terhadap franc Swiss dan stagnan versus yen Jepang di posisi 147,445.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, sempat bergerak fluktuatif dan terakhir tercatat naik tipis 0,02% menjadi 98,227, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (27/8) atau Kamis (28/8) pagi WIB.
"Pelaku pasar cenderung 'wait and see' menjelang rilis laporan keuangan Nvidia hari ini dan data PCE inti Jumat," ujar Michael Boutros, analis teknikal StoneX. "Kemungkinan besar, trader tidak akan menambah eksposur besar sampai data ini keluar."
Presiden Fed New York John Williams kembali menyatakan suku bunga kemungkinan bisa diturunkan dalam waktu dekat, tetapi keputusan akan bergantung pada data ekonomi yang datang. Pernyataan ini memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan the Fed 16-17 September, dengan probabilitas saat ini mencapai 87,2%, menurut FedWatch Tool CME Group.
Meski kekhawatiran pasar terhadap upaya Presiden AS Donald Trump memecat Gubernur Fed Lisa Cook telah mereda, isu ini tetap menjadi sorotan. Pengacara Cook menyatakan akan menggugat keputusan tersebut, yang berpotensi memicu konflik hukum berkepanjangan.
Namun, analis FX Street, Joseph Trevisani menilai, "Pasar tidak terlalu terganggu oleh drama politik ini. Yang lebih jadi perhatian adalah tekanan Trump terhadap the Fed untuk memangkas suku bunga."
"Jika the Fed mulai mengubah suku bunga, ekonomi AS akan menguat, dan hal itu pada akhirnya akan mendukung dolar," tutur Trevisani.
Trump, yang kembali menjabat tahun ini, terus mendesak penurunan suku bunga guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi menjelang pemilu berikutnya.
Dari kawasan Eropa, ketidakstabilan politik di Prancis turut membebani euro. Perdana Menteri Francois Bayrou menghadapi mosi tidak percaya pada 8 September terkait kebijakan pemotongan anggaran. Hasil jajak pendapat terbaru menunjukkan mayoritas rakyat Prancis menginginkan pemilu legislatif dan presiden baru.
Meski begitu, kekhawatiran terhadap gejolak politik di Eropa mulai mereda. "Pasar kini lebih tenang dibandingkan beberapa jam lalu," kata Steven Englander, Kepala Riset Valas G10 Standard Chartered Bank.
Surat utang pemerintah Prancis stabil setelah sempat melonjak sehari sebelumnya, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun menyentuh level tertinggi dalam lima bulan.
Data awal dari Inggris memperlihatkan inflasi harga output produsen naik jadi 1,9% pada Juni, tertinggi dalam dua tahun terakhir, dari sebelumnya 1,3% pada Mei. Kenaikan ini menambah sinyal tekanan inflasi yang berkelanjutan di perekonomian Inggris.
Investor global kini menanti data ketenagakerjaan dan survei bisnis AS pekan depan, yang akan menjadi kunci arah kebijakan moneter ke depan.
Sementara itu, investor akan mencermati data pengeluaran konsumsi pribadi AS pekan ini. Jika "data tersebut keluar sesuai perkiraan, saya cukup yakin the Fed akan mengambil tindakan (untuk menurunkan suku bunga)," kata Trevisani. (Reuters/AI)

Sumber : Admin