- Harga minyak turun harian namun diperkirakan mencatat kenaikan mingguan karena ketegangan pasokan Rusia berhadapan dengan penurunan permintaan pasca-musim panas di AS.
- Ketidakpastian geopolitik meningkat akibat serangan Ukraina ke fasilitas ekspor Rusia dan serangan Rusia ke Kyiv, memicu kemungkinan sanksi tambahan AS-Eropa.
- OPEC + diperkirakan menambah pasokan, permintaan global melemah, dan analis memproyeksi harga Brent bisa turun ke USD63/barel pada Q4 2025.
Ipotnews - Harga minyak melemah, Jumat siang, namun masih berada di jalur penguatan mingguan. Pasar menimbang ekspektasi permintaan yang lebih rendah di Amerika, konsumen minyak terbesar dunia, dengan ketidakpastian pasokan dari Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Oktober, patokan internasional yang akan berakhir hari ini, turun 47 sen atau 0,68% menjadi USD68,15 per barel pada pukul 14.48 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Tokyo, Jumat (29/8). Kontrak yang lebih aktif untuk pengiriman November menyusut 38 sen menjadi USD67,60.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, berkurang 41 sen atau 0,63% menjadi USD64,19 per barel.
Meski melemah harian, Brent diperkirakan naik 0,6% secara mingguan, sementara WTI mencatatkan penguatan 0,8%. Kenaikan tersebut didorong serangan Ukraina terhadap terminal ekspor minyak Rusia awal pekan ini, serta pernyataan Kanselir Jerman Friedrich Merz yang menegaskan tidak ada rencana pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Namun, berakhirnya periode permintaan driving season musim panas di Amerika dengan libur Hari Buruh, Senin (1/9), serta peningkatan pasokan dari produsen utama seiring berakhirnya pemangkasan produksi sukarela, memberikan tekanan pada harga minyak.
"Kami memperkirakan peningkatan pasokan OPEC + dan penurunan musiman aktivitas penyulingan global mulai September akan mendorong kenaikan stok minyak dunia dalam beberapa bulan ke depan. Kami memproyeksikan harga Brent turun ke level USD63 per barel pada kuartal keempat 2025," tulis analis komoditas Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar, dalam catatannya.
Di sisi geopolitik, serangan Rusia ke ibu kota Ukraina, Kyiv, Kamis, yang menewaskan 23 orang meningkatkan kekhawatiran sanksi baru dari Amerika dan Eropa. "Ketidakpastian tetap ada terkait kemungkinan sanksi tambahan terhadap Rusia, serta dampak tarif AS atas India, membuat investor enggan mengambil posisi besar," ujar Hiroyuki Kikukawa, Kepala Strategi Nissan Securities Investment.
Tekanan tambahan muncul setelah Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif impor India hingga 50% pada Rabu. Meski demikian, trader menyebut ekspor minyak Rusia ke India tetap akan meningkat pada September, menentang desakan Washington.
Sementara itu, Arab Saudi dikabarkan berpotensi memangkas harga jual resmi minyak untuk Asia pada Oktober, seiring melimpahnya pasokan dan melemahnya permintaan. Adapun pasokan minyak Rusia ke Hungaria dan Slovakia melalui pipa Druzhba kembali normal setelah sempat terhenti akibat serangan Ukraina pekan lalu, menurut keterangan perusahaan energi MOL dan Menteri Ekonomi Slovakia. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()