- Rupiah melemah tajam ke Rp16.499 per dolar AS pada Jumat (29/8), turun 0,90% dibandingkan penutupan sebelumnya, dipicu kombinasi faktor eksternal dan internal.
- Faktor eksternal: Data ekonomi AS solid (PDB kuartal II naik 3,3%, klaim pengangguran turun), ditambah gejolak politik di The Fed serta tensi geopolitik global (perang Rusia-Ukraina dan tarif impor India).
- Faktor internal: Ketegangan sosial politik domestik memanas akibat korban jiwa dalam demonstrasi, isu tunjangan DPR, dan kasus korupsi pejabat, membuat pasar apatis dan rupiah berisiko melemah ke Rp16.600.
Ipotnews - Kurs rupiah merosot tajam terhadap dolar di akhir Agustus 2025, karena perkembangan data ekonomi Amerika Serikat yang masih kuat, serta ketegangan sosial politik di Tanah Air akibat jatuhnya korban jiwa dalam aksi demonstrasi kemarin.
Mengutip data Bloomberg pada Jumat (29/8), kurs rupiah ditutup pada level Rp16.499 per dolar AS, melemah 147 poin, atau 0,90% dibandingkan penutupan Kamis sore (28/8) di level Rp16.352 per dolar AS.
Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai tekanan rupiah hari ini dipicu kombinasi faktor eksternal dan internal. Dari luar negeri, ekonomi AS kembali menunjukkan ketangguhan.
"Data PDB kuartal II direvisi naik menjadi 3,3% dan klaim pengangguran turun ke 229.000. Ini memperkuat dolar AS karena menandakan pasar tenaga kerja tetap solid," kata Ibrahim dalam siaran pers sore ini.
Di sisi kebijakan moneter, gejolak politik di Washington juga ikut menyita perhatian pasar. Gubernur The Fed Lisa Cook menggugat Presiden Donald Trump atas upaya pemecatannya, sementara Gubernur The Fed Christopher Waller memberi sinyal pemangkasan suku bunga mulai September.
Namun, tensi geopolitik global kembali meningkat seiring serangan baru Rusia di Kyiv serta kebijakan tarif tambahan 25% AS untuk impor India, yang menggandakan bea masuk menjadi 50%.
Tekanan terhadap rupiah semakin berat lantaran sentimen domestik ikut memburuk. Aksi demonstrasi yang berujung jatuhnya korban jiwa sejak Kamis malam memicu kecemasan pelaku pasar.
"Pasar menjadi apatis terhadap kondisi politik dalam negeri. Ketegangan semakin tajam, apalagi dengan isu tunjangan DPR, kasus korupsi pejabat, hingga kekecewaan publik terhadap birokrasi yang sarat nepotisme," jelas Ibrahim.
Menurutnya, kombinasi gejolak eksternal dan eskalasi politik domestik bisa membuat rupiah sulit keluar dari tren pelemahan jangka pendek. "Jika ketidakpastian ini berlanjut, rupiah berpotensi kembali menguji level Rp16.600 per dolar AS dalam waktu dekat," pungkas Ibrahim.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()