Pasardana.id - Indeks saham AS melemah pada hari Jumat, dipimpin oleh sektor teknologi.
Dow Jones turun 0,20% menjadi 45.544,88, S&P 500 turun 0,64% menjadi 6.460,26, dan Nasdaq Composite terkoreksi 1,15% menjadi 21.455,55.
Sektor teknologi menjadi penghambat: Dell turun 8,9% karena tingginya biaya produksi server berbasis AI, Nvidia melemah 3,3%, dan Broadcom turun 3,6%. Nasdaq mencatat koreksi lebih dari 1% dan indeks teknologi S&P 500 anjlok 1,6%.
Meskipun terjadi koreksi di akhir pekan, S&P 500 masih menguat 1,9% sepanjang Agustus, Dow naik 3,2%, dan Nasdaq naik 1,6%.
Pencapaian ini menandai kenaikan bulanan keempat berturut-turut untuk S&P 500, meskipun volatilitas diperkirakan akan tetap tinggi karena September secara historis merupakan bulan terburuk untuk saham AS dengan penurunan rata-rata 0,8% dalam 35 tahun terakhir.
SENTIMEN PASAR: Ekspektasi penurunan suku bunga Fed tetap utuh setelah inflasi inti PCE Juli naik 0,3% bulanan, sehingga laju tahunan menjadi 2,9% (tertinggi dalam lima bulan). Investor sekarang melihat probabilitas 89% dari penurunan suku bunga 25 bps pada pertemuan 16-17 September, naik dari 84% sebelum data. Pasar bahkan mengantisipasi potensi pemotongan tambahan pada bulan Oktober dan Desember. Namun, Fed tetap berhati-hati karena tarif besar-besaran Presiden Donald Trump berisiko mendorong inflasi kembali naik. Ketua Jerome Powell memberikan sinyal dovish dengan mengakui risiko pasar tenaga kerja meningkat, tetapi tetap tidak berkomitmen mengenai jalur pemotongan lebih lanjut. Ketidakpastian politik memperburuk sentimen. Trump berupaya memecat Gubernur The Fed Lisa Cook atas tuduhan penipuan hipotek, sebuah langkah yang dianggap ilegal oleh Cook dan kini digugat di pengadilan. Gubernur Christopher Waller dan Michelle Bowman, keduanya pejabat yang ditunjuk Trump, menentang keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga pada bulan Juli dan dikabarkan akan menjadi calon pengganti Powell, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang politisasi bank sentral.
PENDAPATAN TETAP & MATA UANG: Imbal hasil obligasi AS bergerak beragam. Imbal hasil 10 tahun naik 1,6 bps menjadi 4,223% menjelang libur panjang, sementara imbal hasil 2 tahun turun 1,6 bps menjadi 3,619% dan mencatat penurunan 33 bps sepanjang Agustus—penurunan bulanan terbesar dalam setahun. Di sisi mata uang, euro menguat 0,11% menjadi $1,1696 dan indeks dolar AS turun 0,09% menjadi 97,79.
PASAR EROPA & ASIA: Saham Eropa ditutup melemah: DAX -0,5%, CAC 40 -0,8%, dan FTSE 100 -0,3%. Inflasi Prancis +0,8% YoY pada bulan Agustus (lebih rendah dari perkiraan), Spanyol stabil di 2,7%. Data inflasi Jerman dan rilis cepat zona euro akan menyusul minggu ini. ECB diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada bulan September, meskipun risalah rapat bulan Juli menunjukkan pandangan yang berbeda tentang jalur inflasi di masa mendatang. Di Asia, saham bergerak beragam.
Saham Tiongkok melanjutkan reli: CSI 300 naik 0,7% ke level tertinggi tiga tahun, Shanghai Composite +0,4% mendekati puncak 10 tahun, dan Hang Seng +0,7% mendekati level tertinggi empat tahun. Sepanjang bulan Agustus, CSI 300 naik 10,3% dan Shanghai Composite +8,1%. Reli tersebut didukung oleh ekspektasi stimulus lebih lanjut di tengah melemahnya sektor properti, menyusutnya pinjaman bank untuk pertama kalinya dalam 20 tahun, dan pengangguran perkotaan naik menjadi 5,2%. PMI manufaktur resmi Agustus 49,4 (kontraksi bulan kelima berturut-turut), sementara PMI non-manufaktur 50,3 dan komposit 50,5.
-Sebaliknya, Jepang tertekan oleh data negatif. Nikkei turun 0,4% dan TOPIX -0,5%, meskipun masih mencatat kenaikan 4–5% pada bulan Agustus. Produksi industri dan penjualan ritel bulan Juli melemah, sementara inflasi inti Tokyo tetap tinggi di atas target Bank of Japan sebesar 2%.
-KOSPI Korea Selatan turun 0,2% dan melemah 1,7% pada bulan Agustus, tertekan oleh sektor teknologi. ASX 200 Australia turun 0,1% tetapi naik 2,4% sepanjang bulan Agustus. Saham Austal Ltd melonjak 20% setelah laba yang kuat dan kontrak pemerintah yang besar. Straits Times Singapura +0,2%.
-Indeks Nifty 50 India melemah 0,1% dan mencatat penurunan 1,6% pada bulan Agustus, terdampak tarif AS sebesar 50% yang menargetkan impor dari New Delhi, terutama minyak Rusia. Meskipun mengalami tekanan, ekspor Rusia ke India diperkirakan akan meningkat pada bulan September. Data PDB Q2 India yang dirilis akhir pekan lalu diperkirakan akan menunjukkan perlambatan.
KOMODITAS: Harga minyak turun di akhir pekan, tetapi masih mencatat sedikit kenaikan mingguan (<1%). Brent untuk bulan November ditutup pada harga $67,45/barel dan WTI pada harga $64,01/barel. Tekanan datang dari peningkatan pasokan OPEC+ dan berakhirnya musim mengemudi musim panas AS. Namun, harga sempat terdongkrak oleh serangan Ukraina terhadap terminal ekspor minyak Rusia yang meningkatkan kekhawatiran pasokan. Secara bulanan, minyak mencatat kerugian lebih dari 6%, didorong oleh peningkatan produksi OPEC yang konsisten. Emas spot menguat 0,88% menjadi $3.446,75/oz, didorong oleh ketidakpastian global dan ekspektasi suku bunga yang lebih rendah.
PERANG DAGANG: AS dan Tiongkok memperpanjang gencatan senjata tarif selama 90 hari, mempertahankan bea masuk 30% untuk barang-barang Tiongkok dan 10% untuk barang-barang AS. Namun demikian, ketidakpastian membebani kepercayaan kedua belah pihak. Ironisnya, pengadilan banding federal AS memutuskan sebagian besar tarif global Presiden Donald Trump ilegal karena melampaui kewenangan daruratnya, meskipun masih mengizinkan tarif tersebut untuk sementara waktu. Kasus ini dikembalikan ke pengadilan yang lebih rendah untuk proses lebih lanjut, sekaligus memberi pemerintah kesempatan untuk mengajukan banding ke Mahkamah Agung. Trump juga mengakhiri pembebasan "de minimis" untuk impor bebas bea di bawah $800 mulai 30 Agustus. Kebijakan ini sebelumnya telah memicu lonjakan e-commerce lintas batas (1,36 miliar pengiriman senilai $64,6 miliar pada tahun fiskal 2024), dengan 73% berasal dari Tiongkok. Konsumen AS kini menghadapi harga yang lebih tinggi kecuali pengecer menanggung biaya tarif. Di India, tarif 50% AS bertujuan untuk mengekang pembelian minyak Rusia, meskipun New Delhi terus mengimpor dengan diskon besar-besaran.
REGULASI & KEBIJAKAN: Trump meningkatkan intervensi terhadap The Fed dengan memecat Gubernur Lisa Cook, yang kini sedang mengajukan gugatan di pengadilan. Seorang hakim federal menyetujui jadwal yang dipercepat untuk memblokir sementara pemecatan tersebut. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran tentang independensi The Fed. Di Eropa, perjanjian perdagangan AS-UE yang baru memangkas tarif anggur dan minuman beralkohol Eropa dari 30% menjadi 15% per 1 Agustus, mengurangi tekanan pada produsen seperti Remy Cointreau.
RINGKASAN MINGGUAN Pekan Lalu:
-Wall Street sempat mencetak rekor baru, tetapi tertekan di akhir pekan oleh pelemahan di sektor teknologi.
-Inflasi PCE sesuai dengan ekspektasi, menjaga peluang penurunan suku bunga di bulan September tetap utuh.
-Saham Tiongkok mencatat kinerja regional terbaik di bulan Agustus (+10% CSI 300), sementara India terdampak tarif AS.
-Harga minyak mencatat kenaikan mingguan, tetapi penurunan bulanan >6%. Emas naik mendekati rekor tertinggi.
-Isu politik AS memanas dengan kasus Lisa Cook dan potensi perombakan Fed oleh Trump.Minggu Ini:
-Fokus pada data tenaga kerja AS bulan Agustus (Jumat), kunci arah kebijakan Fed.
-Inflasi kilat zona euro (Agustus) dan data Jerman menjadi sorotan Eropa.
-PMI Caixin swasta Tiongkok akan dirilis Senin, menguji ekspektasi stimulus lebih lanjut.
-Pertemuan OPEC+ minggu ini dapat memengaruhi arah harga minyak.
-Agenda politik AS: kelanjutan proses hukum Lisa Cook, dinamika tarif, dan sentimen menjelang FOMC.
AGENDA EKONOMI HARI INI
-Tiongkok: rilis PMI manufaktur Caixin bulan Agustus
-Zona Euro: data inflasi kilat bulan Agustus
-AS: Libur Hari Buruh (pasar tutup)
PASAR INDONESIA: IHSG terkoreksi 121,59 poin / -1,53% pada akhir pekan lalu, jatuh ke 7.830,49 tertekan oleh protes yang berubah menjadi kekerasan yang menyebabkan beberapa korban jiwa dan kerusakan signifikan pada fasilitas umum, memicu arus keluar asing sebesar IDR 1,12T (seluruh pasar) dan Rupiah melemah hampir 1% ke level 16.451/USD. Selama sepekan terakhir, IHSG mencatatkan penurunan 0,36%, meskipun sepanjang Agustus mencatatkan pencapaian +3,88%. Presiden Prabowo dalam pidato di Istana Negara menyampaikan belasungkawa kepada para korban, menjanjikan kompensasi kepada keluarga, dan menekankan transparansi dalam penegakan hukum. Ia mengutuk keras tindakan anarkis dan penjarahan, menyebutnya sebagai potensi makar atau terorisme, seraya menginstruksikan penegakan hukum yang tegas. Untuk menenangkan masyarakat, Prabowo mengumumkan pencabutan tunjangan DPR dan moratorium kunjungan kerja ke luar negeri. Pidato ini dimaksudkan untuk menenangkan pasar, tetapi ketidakpastian politik tetap menjadi risiko jangka pendek bagi IHSG.
“Kami menekankan pentingnya stabilitas sosial politik untuk mencegah aksi jual bersih asing lebih lanjut yang justru mengalir ke Indonesia sebesar IDR 3,04T selama sepekan terakhir, dan 10,82T sepanjang Agustus. Bursa Efek Indonesia sendiri mengonfirmasi bahwa perdagangan tetap normal pada hari Senin dan bersama pemerintah mengadakan konferensi pers stabilitas pasar, sebagai sinyal koordinasi untuk menjaga kepercayaan investor. Respons cepat ini memberi harapan bahwa tekanan IHSG dapat mereda, membuka peluang rebound teknis seiring pulihnya psikologi pasar. Titik terendah IHSG pada hari Jumat di 7.765 tepat menyentuh Support MA20. Riset Kiwoom Sekuritas mencatat, bahwa jika hari ini Support ini tertembus karena pesimisme yang berkelanjutan terhadap stabilitas sosial-politik Indonesia, maka IHSG dapat turun lebih lanjut menuju 7.600 – 7.550. Di sisi lain, kami juga memperkirakan pidato Presiden Prabowo dan eskalasi langkah-langkah keamanan dari TNI/POLRI akan sedikit memberikan jaminan ketenangan, sehingga menghasilkan rebound teknis menuju Resistance terdekat: MA10 / 7.900,” beber analis Kiwoom Sekuritas dalam riset Senin (01/9).
Tải thất bại ()