- Brent crude menguat 1% ke USD68,15 per barel dan WTI naik 1,1% jadi USD64,68, didukung kekhawatiran gangguan pasokan akibat eskalasi serangan Rusia-Ukraina serta pelemahan dolar.
- Data menunjukkan ekspor minyak Rusia turun ke level terendah empat minggu, sementara ekspansi manufaktur China dan ekspektasi pemangkasan suku bunga AS meningkatkan selera risiko.
- Fokus tertuju pada pertemuan OPEC + 7 September, dengan analis memperkirakan surplus pasokan 1,6 juta barel per hari pada kuartal IV-2025 yang berpotensi menekan harga lebih lanjut.
Ipotnews - Harga minyak Brent menguat 1%, Senin, terkatrol kekhawatiran meningkatnya serangan udara antara Rusia dan Ukraina yang berpotensi mengganggu pasokan, serta pelemahan dolar AS yang memberi dukungan tambahan.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 67 sen atau 1% menjadi USD68,15 per barel, demikian laporan Reuters, di New York, Senin (1/9) atau Selasa (2/9) pagi WIB.
Sementara patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), tercatat melonjak 67 sen atau 1,1% menjadi USD64,68 per barel pada pukul 14.15 waktu setempat. Namun, tidak ada setelmen untuk WTI karena libur Hari Buruh di AS, sehingga volume perdagangan keduanya relatif tipis.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy berjanji akan membalas serangan drone Rusia yang menargetkan fasilitas listrik di wilayah utara dan selatan negaranya, serta memerintahkan serangan lebih dalam ke wilayah Rusia. Perang yang berlangsung lebih dari tiga tahun itu kini menunjukkan eskalasi dengan intensifikasi serangan udara dari kedua belah pihak.
Pasar tetap khawatir terhadap aliran minyak Rusia, setelah pengiriman mingguan dari pelabuhannya merosot ke level terendah empat minggu di 2,72 juta barel per hari, menurut data pelacakan kapal yang dikutip analis ANZ.
Dari sisi makroekonomi, laporan ketenagakerjaan AS pekan ini akan menjadi acuan kesehatan ekonomi dan menguji keyakinan investor bahwa pemangkasan suku bunga Federal Reserve semakin dekat, sehingga meningkatkan minat terhadap aset berisiko seperti komoditas.
Menjelang rilis data tersebut, dolar AS berada di posisi terendah lima pekan, membuat harga minyak lebih murah bagi pembeli dengan mata uang lain.
Di Asia, perhatian investor tertuju pada pertemuan puncak regional yang dihadiri Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Perdana Menteri India Narendra Modi.
Data swasta menunjukkan aktivitas manufaktur China tumbuh pada laju tercepat dalam lima bulan terakhir pada Agustus, mendukung harga minyak dan tembaga.
Selain itu, pasar juga menanti rapat OPEC + pada 7 September. "Pertanyaan fundamental berikutnya adalah apakah produsen OPEC + akan terus menaikkan target produksi setelah September, dengan keputusan akan diumumkan dalam beberapa hari," ujar analis energi Tim Evans dalam newsletter -nya.
HSBC memperkirakan persediaan minyak akan meningkat pada kuartal IV-2025 hingga kuartal I-2026, dengan surplus mencapai 1,6 juta barel per hari pada akhir tahun.
Prospek kenaikan pasokan OPEC + dan stok yang lebih tinggi berpotensi menekan harga minyak, setelah Brent dan WTI mencatat penurunan bulanan pertama dalam empat bulan terakhir pada Agustus, masing-masing lebih dari 6%.
"Pelaku pasar minyak akan tetap berhati-hati," kata analis PVM, John Evans, menyinggung potensi tambahan pasokan dari OPEC +. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()