Amerika Sanksi Jaringan Ekspor Iran, Minyak Melonjak Lebih dari Satu Persen

avatar
· Views 20
  • Brent ditutup di USD69,14 (+1,45%) dan WTI di USD65,59 (+2,47%) setelah AS menjatuhkan sanksi baru pada jaringan penyelundupan minyak Iran.
  • Pertemuan 7 September diperkirakan tidak akan mencabut pemangkasan sukarela dari delapan anggota utama, termasuk Arab Saudi dan Rusia, untuk menjaga harga tetap stabil.
  • Sanksi, ketegangan global (termasuk KTT SCO), serta gangguan produksi akibat serangan drone di kilang Rusia dan kenaikan output Kazakhstan memengaruhi prospek pasokan.

Ipotnews - Harga minyak melesat, Selasa, setelah Amerika menjatuhkan sanksi baru terhadap jaringan perusahaan pelayaran yang diduga menyelundupkan minyak Iran, serta menjelang pertemuan OPEC + akhir pekan ini yang diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan pemangkasan produksi.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melonjak 99 sen atau 1,45% menjadi USD69,14 per barel, demikian laporan  Reuters,  di Houston, Selasa (2/9) atau Rabu (3/9) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melambung USD1,58 atau 2,47% menjadi USD65,59 per barel, setelah libur Hari Buruh di AS, Senin.
Departemen Keuangan AS menyatakan sanksi menargetkan jaringan pengiriman minyak yang dipimpin pengusaha Irak-Kittitian, yang disebut menyamarkan minyak Iran sebagai barel Irak. Tekanan terhadap Iran semakin kuat menyusul mandeknya negosiasi nuklir sejak Juni.
"Langkah AS menekan ekspor minyak Iran jelas menjadi penopang harga hari ini," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.
Investor kini menantikan pertemuan delapan anggota OPEC + pada Minggu (7/9). Analis memperkirakan Arab Saudi, Rusia, dan anggota lain akan mempertahankan pemangkasan produksi sukarela, yang selama ini menopang harga di kisaran USD60 per barel.
Menurut analis independen Gaurav Sharma, OPEC + kemungkinan menunggu data permintaan pasca berakhirnya musim mengemudi di Amerika sebelum memutuskan langkah selanjutnya, terutama menghadapi potensi surplus pasokan di kuartal keempat.
Sejumlah faktor geopolitik juga ikut memengaruhi pasar. Saudi Aramco dan SOMO (Irak) menghentikan penjualan minyak ke Nayara Energy India setelah perusahaan itu terkena sanksi Uni Eropa pada Juli. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran ketersediaan minyak di pasar non-sanksi.
Sementara itu, Konferensi Tingkat Tinggi Shanghai Cooperation Organisation (SCO) yang dihadiri Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan PM India Narendra Modi menguatkan dorongan bagi tatanan ekonomi alternatif non-Barat.
Menurut analis John Kilduff dari Again Capital, hal ini berpotensi memicu sanksi sekunder dari Amerika, termasuk pada India, yang bisa menambah dukungan harga minyak.
Di sisi permintaan, ekspektasi penurunan stok minyak mentah AS turut menopang harga, kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Terkait pasokan, serangan drone Ukraina menonaktifkan sekitar 17% kapasitas pengolahan minyak Rusia atau setara 1,1 juta barel per hari. Sementara itu, produksi minyak Kazakhstan pada Agustus melonjak 2% menjadi 1,88 juta barel per hari dari 1,84 juta barel pada Juli. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest