- Sterling dan yen jatuh akibat kekhawatiran fiskal Inggris dan ketidakpastian politik Jepang; dolar menguat terhadap mayoritas mata uang utama.
- Pasar menunggu data payrolls AS Jumat sebagai penentu arah dolar dan peluang pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bps bulan ini (probabilitas 91%).
- Faktor tambahan: imbal hasil obligasi AS naik, emas cetak rekor baru, serta risiko shutdown pemerintah AS jika anggaran belum disahkan.
Ipotnews - Poundsterling dan yen tersungkur, Selasa, dipicu meningkatnya kekhawatiran investor atas kondisi fiskal global. Pelemahan kedua mata uang tersebut memberi ruang bagi dolar AS untuk kembali berkibar, sementara pasar menunggu laporan ketenagakerjaan Amerika yang akan dirilis akhir pekan ini.
Sterling terperosok ke posisi terendah dalam tiga setengah minggu, anjlok 1,24% menjadi USD1,3375 pada sesi petang. Dolar AS menguat 0,84% terhadap yen ke level 148,40, tertinggi sejak 1 Agustus. Euro juga ikut tertekan, turun 0,61% jadi USD1,1637, demikian laporan Reuters, di New York, Selasa (2/9) atau Rabu (3/9) pagi WIB.
"Perkembangan negatif di luar Amerika Serikat menjadi pendorong utama penguatan dolar hari ini," ujar Vassili Serebriakov, analis UBS di New York. Menurutnya, laporan ketenagakerjaan AS, Jumat, akan menjadi faktor kunci yang menentukan arah dolar dalam beberapa pekan mendatang.
Pelemahan sterling berkaitan erat dengan lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah Inggris tenor 30 tahun, yang mencapai level tertinggi sejak 1998. Kondisi ini memperburuk sentimen pasar terhadap stabilitas fiskal Inggris, apalagi menjelang pengumuman anggaran musim gugur.
Menteri Keuangan Rachel Reeves diperkirakan menaikkan pajak demi menjaga target fiskal, langkah yang dikhawatirkan dapat menekan prospek pertumbuhan ekonomi.
Di Jepang, yen tertekan oleh komentar bernada dovish dari Deputi Gubernur Bank of Japan (BoJ), Ryozo Himino. Pernyataan yang tidak menunjukkan arah pengetatan kebijakan moneter itu mendorong spekulan kembali menambah posisi jual terhadap yen. Selain itu, pengunduran diri seorang pejabat senior partai berkuasa menambah ketidakpastian politik di negeri tersebut.
"Underperformance sterling mencerminkan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap posisi fiskal Inggris, sedangkan ketidakpastian politik dan sikap longgar BoJ terus membebani yen," kata Lee Hardman, analis MUFG .
Penguatan dolar AS juga didorong kenaikan imbal hasil US Treasury, seiring gejolak di pasar obligasi global. Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, naik 0,74% menjadi 98,37. Meski demikian, sepanjang tahun ini dolar masih berada dalam tren pelemahan, dengan penurunan lebih dari 2% hanya pada Agustus.
Investor kini memperkirakan 91% peluang bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan 17-18 September, berdasarkan data FedWatch Tool CME Group. Namun, ekspektasi itu masih bisa berubah tergantung hasil rilis data ekonomi AS pekan ini, terutama laporan non-farm payrolls Agustus.
Selain kondisi fiskal di Inggris dan Jepang, pasar juga mencermati perkembangan politik di AS. Putusan pengadilan banding akhir pekan lalu menyatakan sebagian besar tarif impor era Presiden Donald Trump ilegal, meskipun penerapannya masih berlaku hingga 14 Oktober guna memberi waktu bagi pemerintah mengajukan banding ke Mahkamah Agung.
Kembalinya Kongres AS dari masa reses pada Selasa turut menambah ketidakpastian, karena lembaga legislatif tersebut hanya memiliki waktu kurang dari sebulan untuk menyetujui anggaran federal. Jika gagal, pemerintahan berpotensi menghadapi penutupan (shutdown) parsial.
Dari Eropa, inflasi zona euro pada Agustus tercatat sedikit meningkat, namun tetap mendekati target 2% Bank Sentral Eropa (ECB). Data ini memperkuat pandangan bahwa ECB tidak akan melakukan perubahan suku bunga dalam waktu dekat.
Sementara itu, harga emas kembali mencetak rekor baru pada perdagangan Selasa, seiring lonjakan permintaan aset lindung nilai di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar obligasi dan mata uang global. Dengan kombinasi faktor global ini, pelaku pasar menilai volatilitas pasar valas kemungkinan masih akan berlanjut sepanjang September. Secara historis, bulan ini dikenal sebagai periode yang penuh tantangan bagi aset berisiko, termasuk saham dan mata uang. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()