Wall Street Rontok, Tertekan Tarif dan Lonjakan Imbal Hasil Obligasi AS

avatar
· Views 18

NEW YORK , investor.id -Indeks-indeks saham Wall Street rontok pada perdagangan Selasa (2/9/2025). Pelemahan itu karena tertekan kekhawatiran investor terhadap putusan pengadilan soal tarif Presiden Donald Trump dan kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari CNBC internasional, Dow Jones Industrial Average ditutup turun 249,07 poin (0,55%) ke level 45.295,81. S&P 500 terkoreksi 0,69% ke 6.415,54, sedangkan Nasdaq Composite anjlok 0,82% menjadi 21.279,63.
Penurunan terjadi di tengah aksi profit taking investor setelah berakhirnya musim panas. Saham-saham teknologi besar ikut tertekan, seperti Nvidia yang ditutup turun sekitar 2%, sementara Amazon dan Apple terkoreksi sekitar 1%.
Sentimen negatif datang setelah pengadilan banding federal AS memutuskan bahwa sebagian besar tarif global era Trump tidak sah. Dalam putusan 7-4, pengadilan menyatakan hanya Kongres yang berwenang menetapkan tarif secara luas. Trump menyebut putusan itu 'sangat partisan' dan menyatakan akan mengajukan banding ke Mahkamah Agung AS.
Selain itu, investor juga mencermati lonjakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Yield obligasi tenor 10 tahun naik ke 4,27%, sementara yield obligasi 30 tahun menembus 4,97%.
Kenaikan yield ini dipicu kekhawatiran bahwa pemerintah AS harus mengembalikan miliaran dolar hasil pungutan tarif, yang berpotensi memperburuk kondisi fiskal negeri Paman Sam.
"Obligasi 30 tahun dengan yield 5% jelas menjadi hambatan besar. Ini bisa terus menjadi duri bagi saham-saham yang valuasinya sudah cukup tinggi," ujar analis investasi di Baird Private Wealth Management Ross Mayfield.
September Penuh Tantangan
Bulan September memang dikenal sebagai periode sulit bagi pasar saham AS. Secara historis, S&P 500 rata-rata melemah 4,2% dalam lima tahun terakhir pada bulan ini, dan turun lebih dari 2% rata-rata dalam 10 tahun terakhir.
Padahal, Wall Street baru saja mencatatkan bulan yang kuat. Pada Agustus, S&P 500 naik hampir 2% dan untuk pertama kalinya menembus level 6.500, dengan lima rekor baru sepanjang bulan. Total, indeks ini sudah membukukan 20 rekor sepanjang tahun 2025.
Namun, Kepala Strategi Investasi CFRA Research Sam Stovall mengingatkan, meski kinerja hingga Agustus cemerlang, September biasanya membawa koreksi. "Pasar kemungkinan akan menyerahkan sebagian keuntungan terakhirnya sambil menunggu katalis baru," ujarnya.
Kini, fokus investor beralih ke data tenaga kerja AS, nonfarm payrolls, untuk Agustus yang akan dirilis Jumat (5/9/2025). Data tersebut akan menjadi penentu penting arah kebijakan suku bunga The Fed pada pertengahan bulan ini.

Sumber : investor.id

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest