- Harga CPO Malaysia turun 0,94% ke 4.434 ringgit/ton, tertekan pelemahan minyak nabati saingan dan gagal menembus level teknikal 4.500 ringgit.
- Harga minyak mentah melemah, mengurangi daya tarik CPO sebagai bahan baku biodiesel.
- Impor sawit India naik ke level tertinggi 13 bulan karena harga yang lebih kompetitif dibandingkan soyoil menjelang musim festival.
Ipotnews - Minyak sawit mentah (CPO) berjangka Malaysia melorot, Rabu, terseret pelemahan harga vegetable oil pesaing dan minyak mentah global, serta kegagalan menembus level teknikal utama.
Harga minyak sawit acuan untuk kontrak pengiriman November di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melemah 42 ringgit atau 0,94% menjadi 4.434 ringgit (USD1.054,46) per ton metrik pada jeda tengah hari, setelah melambung 2,19% pada sesi sebelumnya, demikian laporan Reuters, di Kuala Lumpur, Rabu (3/9).
Menurut trader yang berbasis di Kuala Lumpur minimnya aksi beli lanjutan dan kegagalan menembus level psikologis menjadi tekanan bagi pasar.
Kontrak Dalian maupun kontrak CPO Malaysia gagal menembus batas psikologis masing-masing di 9.500 yuan dan 4.500 ringgit.
Di bursa Dalian, kontrak minyak kedelai (soyoil) paling aktif melemah 0,12%, sementara kontrak minyak sawitnya menyusut 0,89%. Di saat yang sama, harga soyoil di Chicago Board of Trade ( CBOT ) terkoreksi 0,44%.
Minyak sawit secara historis mengikuti pergerakan harga minyak pesaing karena berkompetisi di pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Sementara itu, harga minyak mentah di pasar Asia sedikit terkoreksi namun masih berada di dekat level tertinggi satu bulan terakhir. Hal itu didorong sanksi baru dari AS terhadap jaringan perusahaan pelayaran dan kapal tanker, dengan pasar menanti pertemuan OPEC + akhir pekan ini.
Pelemahan harga minyak mentah turut mengurangi daya tarik CPO sebagai bahan baku biodiesel.
Ringgit--mata uang perdagangan CPO--melemah 0,07% terhadap dolar AS, yang berpotensi membuat harga CPO lebih kompetitif bagi pembeli luar negeri.
Di pasar ekspor, impor minyak sawit India melonjak pada Agustus ke level tertinggi dalam 13 bulan. Lonjakan ini didorong harga CPO yang lebih kompetitif dibandingkan soyoil, menjelang musim perayaan.
Sementara itu, data Komisi Eropa menunjukkan impor kedelai Uni Eropa pada musim 2025/26 hingga 31 Agustus mencapai 2,29 juta ton, merosot dari 2,42 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Impor minyak sawit juga turun menjadi 0,42 juta ton dari sebelumnya 0,58 juta ton.
Secara teknikal, analis Reuters Wang Tao memperkirakan CPO berpotensi menguji zona resistance di kisaran 4.506-4.530 ringgit per ton. Jika level tersebut berhasil ditembus, harga berpeluang menguat ke posisi 4.568 ringgit per ton. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()