Rupiah Konsolidasi di Tengah Dinamika Domestik, Pasar Tunggu Data Tenaga Kerja AS

avatar
· Views 15
  • Rupiah menguat tipis 0,06% ke Rp16.461 per dolar AS, bergerak di area Rp16.450-16.500.
  • Tekanan domestik masih dipengaruhi protes kelas menengah dan risiko fiskal, Fitch beri peringatan.
  • Pasar global menanti rilis ADP, ISM Jasa, Klaim Tunjangan Pengangguran, dengan ekspektasi The Fed memangkas suku bunga September.

Rupiah Indonesia (IDR) menguat tipis 0,06% ke posisi Rp16.461 per dolar AS (USD) pada perdagangan Kamis di sesi Asia, setelah dibuka di di Rp16.445. Rupiah tampaknya masih berfluktuasi dan berupaya konsolidasi di area 16.450-16.500. Pergerakan pasangan mata uang USD/IDR selanjutnya akan menunggu rangkaian data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis malam nanti.

Data tenaga kerja akan menjadi kunci ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada FOMC September. Dengan volatilitas global yang tinggi, investor diprakirakan tetap berhati-hati, sementara Bank Indonesia (BI) kemungkinan terus menjaga stabilitas rupiah melalui intervensi pasar valas dan obligasi. Selain itu, Tekanan domestik tetap menjadi variabel penting.

Kelas Menengah Terjepit, Stabilitas Fiskal dan Geopolitik Uji Ketahanan Indonesia

Pemerintah berjanji tidak menaikkan tarif pajak 2026 untuk meredakan protes kelas menengah, namun langkah ini dinilai belum menyelesaikan ketimpangan fiskal. INDEF menilai kondisi ini sebagai “paradoks Chile”, di mana ekonomi tampak stabil tetapi upah riil stagnan dan harga pokok melonjak, sementara kelas menengah menanggung beban pajak lebih besar. Sementara itu, serangan ke rumah Menkeu RI Sri Mulyani dinilai dapat mencoreng citra stabilitas. Menurut Reuters, Fitch memperingatkan kerusuhan bisa menekan profil kredit Indonesia. Meski protes mereda, dampaknya tetap bergema, dengan Indonesia kini ikut tersorot dalam rivalitas AS-Tiongkok serta rencana pembelian jet tempur J-10.

Sebagai langkah diplomatik, Presiden Prabowo Subianto bertemu Presiden Xi Jinping di Beijing pada 3 September 2025 setelah menghadiri perayaan 80 tahun kemenangan perang perlawanan rakyat Tiongkok. Pertemuan bilateral itu memperkuat momentum 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Tiongkok, dengan komitmen memperdalam kemitraan strategis di berbagai sektor, termasuk pembahasan proyek giant sea wall di pantai utara Jawa.

JOLTS Merosot, Keyakinan Pasar pada Pemangkasan Suku Bunga The Fed Kian Menguat

Dari data AS terbaru menunjukkan jumlah lowongan pekerjaan AS (JOLTS) pada akhir Juli tercatat 7,18 juta, turun dari 7,35 juta di Juni (direvisi dari 7,43 juta) dan di bawah ekspektasi 7,4 juta. BLS melaporkan perekrutan dan pemutusan hubungan kerja stabil di 5,3 juta, dengan perincian pengunduran diri 3,2 juta dan PHK 1,8 juta. Dolar AS melemah usai rilis data tersebut, dengan DXY ditutup di 98,14 pada sesi sebelumnya, yang kini berusaha pulih di 98,20.

Pejabat The Fed memberi sinyal beragam: Neel Kashkari (Minneapolis) dan Raphael Bostic (Atlanta) menegaskan inflasi 2% tetap prioritas meski pasar tenaga kerja mendingin, Alberto Musalem (St. Louis) menilai kebijakan restriktif saat ini sudah tepat, sedangkan Gubernur Christopher Waller terus mendorong pemangkasan suku bunga pada pertemuan September. Alat CME FedWatch kini menempatkan peluang 98% untuk pemangkasan 25 bp ke 4,00%-4,25%.

Pasar Tunggu Rangkaian Data AS Malam Ini, Fokus ke ADP, ISM Jasa, dan Sinyal The Fed

Selanjutnya, pasar menunggu laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP (19:15 WIB) yang diproyeksikan hanya menambah 65 ribu pekerjaan, jauh di bawah realisasi Juli sebesar 104 ribu, Klaim Tunjangan Pengangguran Mingguan yang diprakirakan naik tipis ke 230 ribu, serta PMI Jasa ISM (21:00 WIB) yang konsensusnya tetap di 51. Dua pidato pejabat The Fed, John Williams dan Austan Goolsbee, juga dinilai dapat memberi sinyal tambahan arah kebijakan moneter.

Dampaknya, rupiah cenderung menunggu arah dari data tenaga kerja AS malam ini. Jika hasil ADP, klaim, dan PMI Jasa melemah, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed makin kuat sehingga rupiah berpotensi lanjut menguat. Sebaliknya, data yang lebih kuat bisa mengangkat dolar dan menekan rupiah.

Indikator Ekonomi

Perubahan Ketenagakerjaan ADP

Perubahan Ketenagakerjaan ADP merupakan pengukur ketenagakerjaan di sektor swasta yang dirilis oleh pemroses payrolls terbesar di AS, Automatic Data Processing Inc. Alat ini mengukur perubahan jumlah orang yang bekerja secara swasta di AS. Secara umum, kenaikan indikator ini memiliki implikasi positif bagi belanja konsumen dan merupakan stimulator pertumbuhan ekonomi. Jadi, pembacaan yang tinggi secara tradisional dianggap sebagai bullish bagi Dolar AS (USD), sementara pembacaan yang rendah dianggap bearish.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Kam Sep 04, 2025 12.15

Frekuensi: Bulanan

Konsensus: 65Rb

Sebelumnya: 104Rb

Sumber: ADP Research Institute

Pedagang sering mempertimbangkan data ketenagakerjaan dari ADP, penyedia payrolls terbesar di Amerika ini, melaporkan sebagai pertanda dari rilis Biro Statistik Tenaga Kerja tentang Nonfarm Payrolls (biasanya diterbitkan dua hari kemudian), karena korelasi antara keduanya. Terjadinya tumpang tindih kedua seri tersebut cukup tinggi, tetapi pada bulan-bulan tertentu, perbedaannya bisa sangat besar. Alasan lain pedagang Valas mengikuti laporan ini sama dengan NFP – pertumbuhan angka ketenagakerjaan yang kuat dan terus-menerus meningkatkan tekanan inflasi, dan bersamaan dengan itu, kemungkinan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga. Angka aktual yang mengalahkan konsensus cenderung membuat USD bullish.


Bagikan: Pasokan berita

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest