Gejolak Pasar Obligasi Global Bikin Kurs Rupiah Tertekan

avatar
· Views 13
  • Gejolak obligasi global: Yield obligasi pemerintah di Jepang, Prancis, dan AS melonjak akibat kekhawatiran inflasi, defisit fiskal, dan ketidakpastian politik.
  • Tekanan ke mata uang: Indeks dolar (DXY) kembali di atas 98, menekan mata uang utama dunia termasuk rupiah.
  • Dampak ke rupiah: Rupiah ditutup melemah ke Rp16.415 per dolar AS pada Rabu (3/9).

Ipotnews - Gejolak pasar obligasi pemerintah negara-negara maju kembali mengguncang pasar keuangan global.
Lonjakan yield yang dipicu kekhawatiran inflasi, pelebaran defisit fiskal, hingga ketidakpastian politik di Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan Jepang membuat investor melepas surat utang, menekan mata uang utama dunia, dan ikut menekan rupiah.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah ke level Rp16.415 per dolar AS pada Rabu (3/9). "Pelemahan rupiah kali ini lebih disebabkan oleh faktor global, di mana indeks dolar (DXY) cenderung menguat dalam dua hari terakhir dan kembali berada di atas 98," kata Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, dalam publikasi risetnya, Kamis (4/9).
Menurut Rully, tekanan jual obligasi di negara maju telah berlangsung sejak akhir Agustus 2025 dan makin intens sepanjang awal September. Kondisi ini diperparah oleh faktor politik yang memperburuk sentimen pasar.
Di Jepang, imbal hasil obligasi pemerintah (JGB) tenor 20 tahun melonjak ke 2,69%, tertinggi sejak 1999. Pasar kini menantikan hasil lelang JGB berikutnya serta respons Bank of Japan dalam menghadapi volatilitas.
Sementara itu, yield obligasi pemerintah Prancis tenor 10 tahun naik ke kisaran 3,54%-3,6% per 1 September 2025, level tertinggi sejak pertengahan Maret dan setara masa krisis utang Eropa tahun 2011. Lonjakan ini dipicu ketidakpastian politik setelah pemerintahan perdana menteri menghadapi voting kepercayaan dan ancaman pemilu kilat, yang memperburuk persepsi risiko fiskal sekaligus memicu penurunan rating kredit.
Pasar obligasi AS juga tidak luput dari tekanan. Yield obligasi tenor 30 tahun sempat menembus 5%, sebelum akhirnya terkoreksi seiring rilis data tenaga kerja yang lebih lemah dari ekspektasi. Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) bulan Juli 2025 menunjukkan jumlah lowongan kerja hanya 7,18 juta, lebih rendah dari konsensus 7,4 juta.(Adhitya/AI)

Sumber : admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest