Rupiah Berpeluang Menguat Setelah Data Ketenagakerjaan AS Mengecewakan

avatar
· Views 15
  • Rupiah menguat ke Rp16.378 per dolar AS pada Senin (8/9), terdorong pelemahan dolar setelah data ketenagakerjaan AS (NFP) hanya menambah 22.000 pekerjaan di Agustus.
  • Ekspektasi pasar: Data buruk hampir memastikan The Fed memangkas suku bunga 25 bps pada 16-17 September, dengan peluang total tiga kali pemangkasan tahun ini.
  • Sentimen domestik: Investor menanti data cadangan devisa Agustus; sementara rencana burden sharing BI-Kemenkeu dinilai negatif, tetapi pelemahan dolar lebih dominan menopang rupiah.

Ipotnews - Kurs rupiah diprediksi menguat terhadap dolar, setelah data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang mengecewakan.
Mengutip data Bloomberg pada Senin (8/9) pukul 09.18 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan pada level Rp16.378 per dolar AS, terapresiasi 54 poin, atau 0,33% dibandingkan penutupan Jumat sore (5/9) di level Rp16.432 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan rupiah diperkirakan terbatas menguat terhadap dolar AS yang melemah cukup tajam setelah data pekerjaan AS NFP yang kembali sangat mengecewakan. "Data ini hampir memastikan the Fed akan memangkas suku bunga acuan bulan ini," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews pagi ini.
Data ketenagakerjaan yang mengecewakan memperkuat kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja AS berpotensi berada di ambang penurunan dan meningkatkan ekspektasi mengenai seberapa besar Federal Reserve akan menurunkan suku bunga tahun ini.
Setelah hanya 22.000 lapangan kerja yang ditambahkan pada bulan Agustus, investor sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga seperempat poin pada pertemuan kebijakan The Fed pada 16-17 September. Peluang juga meningkat untuk total tiga pemangkasan suku bunga tahun ini, menurut kontrak berjangka.
Dari domestik, investor menantikan data cadangan devisa terbaru Indonesia pada Agustus 2025. "Kurs rupiah hari ini diperkirakan ada di kisaran Rp16.350 - Rp16.450 per dolar AS," ujar Lukman.
Lukman juga menilai rencana Bank BI dengan Kementerian Keuangan untuk mendanai program prioritas Presiden Prabowo Subianto melalui skema burden sharing mendapatkan respons negatif dari pelaku pasar.
"Investor akan menanggapinya negatif, namun faktor pelemahan dolar AS akan lebih dominan untuk mendukung rupiah," ucap Lukman.(Adhitya/AI)

Sumber : admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest