Market Antisipasi Sanksi Baru untuk Rusia, Minyak Melambung Hampir 2%

avatar
· Views 15
  • Brent dan WTI masing-masing melejit lebih dari USD1 per barel, didorong kekhawatiran sanksi baru terhadap minyak Rusia setelah serangan udara besar ke Ukraina.
  • OPEC + hanya menambah produksi 137.000 barel per hari mulai Oktober, jauh di bawah ekspektasi pasar, turut menopang rebound harga minyak.
  • Potensi sanksi lanjutan dari AS dan memburuknya konflik Rusia-Ukraina meningkatkan risiko gangguan pasokan minyak global.

Ipotnews - Harga minyak melesat lebih dari USD1, Senin, pulih sebagian dari penurunan tajam pekan lalu, didorong kekhawatiran pasar atas potensi sanksi baru terhadap minyak Rusia setelah serangan udara besar-besaran ke Ukraina.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melambung USD1,16 atau 1,77% menjadi USD66,66 per barel pada pukul 14.08 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Tokyo, Senin (8/9).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melonjak USD1,12 atau 1,81% menjadi USD62,99 per barel.
Keduanya sempat merosot lebih dari 2%, Jumat, setelah laporan tenaga kerja Amerika yang lemah memperburuk prospek permintaan energi. Sepanjang pekan lalu, Brent dan WTI kehilangan lebih dari 3%.
Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya ( OPEC +), termasuk Rusia, Minggu, mengumumkan akan kembali meningkatkan output mulai Oktober.
Namun, kenaikan kali ini tergolong kecil -- hanya sekitar 137.000 barel per hari -- jauh lebih rendah dibandingkan penambahan sebelumnya sebesar 555.000 bph pada Agustus-September, dan 411.000 bph pada Juli-Juni.
"Pasar minyak didukung oleh kenyataan bahwa kenaikan produksi OPEC + ternyata lebih kecil dari yang dikhawatirkan, serta adanya technical rebound setelah pelemahan minggu lalu," kata Toshitaka Tazawa, analis Fujitomi Securities.
Dia menambahkan, potensi sanksi baru dari Amerika terhadap Rusia juga menambah sentimen positif. Presiden AS Donald Trump, Minggu, menyatakan siap melanjutkan ke fase kedua sanksi terhadap Rusia, langkah terdekat yang menandakan kemungkinan peningkatan tekanan terhadap Moskow atau pembeli minyaknya terkait perang di Ukraina.
Serangan udara Rusia, akhir pekan lalu, dilaporkan sebagai yang terbesar sejak perang dimulai, menargetkan pusat pemerintahan di Kyiv dan menewaskan sedikitnya empat orang.
Analis Gunvor, Frederic Lasserre, mengatakan sanksi baru terhadap pembeli minyak Rusia dapat mengganggu aliran pasokan global.
Satoru Yoshida, analis Rakuten Securities, menambahkan aksi beli muncul setelah pasar menyadari bahwa peningkatan produksi OPEC + lebih kecil dari ekspektasi, dan prospek perdamaian dalam konflik Rusia-Ukraina kian memudar.
Sementara itu, Goldman Sachs dalam catatannya memperkirakan surplus minyak yang sedikit lebih besar pada 2026, seiring peningkatan pasokan dari Amerika yang melebihi penurunan pasokan dari Rusia.
Namun, proyeksi harga Brent dan WTI untuk 2025 tetap tidak berubah, dengan estimasi harga rata-rata 2026 masing-masing USD56 dan USD52 per barel. (Reuters/Bloomberg/AI)

Sumber : Admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest