JAKARTA, investor.id -Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melonjak tajam pada Senin (8/9/2025). Penguatan itu ditopang oleh perlambatan pertumbuhan lapangan kerja di AS.
Rupiah hari ini ditutup melonjak tajam sebesar 123 poin (0,75%) ke level Rp 16.309,5. Sedangkan indeks dolar terlihat turun 0,16% menjadi 97,61. Nilai tukar rupiah ke dolar AS sempat ditutup turun sebesar 9 poin (0,05%) ke level Rp 16.424,5 pada Kamis (4/9/2025).
Analis mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, laporan ketenagakerjaan AS terbaru menunjukkan perlambatan pertumbuhan lapangan kerja yang signifikan dan kenaikan tingkat pengangguran menjadi 4,3%.
"Hal itu memperkuat sentimen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan September, dengan peluang tipis untuk penurunan yang lebih substansial sebesar 50 basis poin," tulis Ibrahim, Senin (8/9/2025).
Menurut Ibrahim, para pengamat pasar selanjutnya akan memperhatikan angka Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang akan dirilis hari Kamis. Jika proses desinflasi berkembang, hal ini akan memperkuat argumen untuk penurunan suku bunga pada pertemuan The Fed 16-17 September.
Kemudian, Ibrahim menambahkan, Rusia melancarkan serangan udara terbesarnya dalam perang melawan Ukraina, membakar gedung pemerintahan utama di pusat kota Kyiv dan menewaskan sedikitnya empat orang, kata pejabat Ukraina pada Minggu (7/9/2025).
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Minggu bahwa para pemimpin Eropa akan mengunjungi Amerika Serikat pada hari Senin dan Selasa untuk membahas cara menyelesaikan perang Rusia-Ukraina.
Selain itu, rilis data neraca perdagangan China tumbuh sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan pada bulan Agustus. Namun, pertumbuhan ekspor melambat tajam dan meleset dari ekspektasi, menandakan melemahnya permintaan luar negeri di tengah kondisi ekonomi yang menurun di pasar-pasar terbesar negara tersebut.
"Tarif perdagangan AS terhadap China juga tetap relatif tinggi, yang pada gilirannya menekan permintaan ekspor. Impor China juga tumbuh jauh lebih lambat dari perkiraan, menandakan lemahnya permintaan domestik," paparnya.
Sentimen Internal
Ibrahim menambahkan, Bank Indonesia mencatat cadangan devisa mencapai US$ 150,7 miliar atau per akhir Agustus 2025. Cadangan devisa tersebut menurun Rp 1,3 miliar atau Rp 21,3 triliun dari bulan sebelumnya sebesar US$ 152,0 miliar.
"Penurunan tersebut terjadi karena pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah bank sentral dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi," jelas Ibrahim.
Posisi cadangan devisa pada akhir Agustus 2025 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Meski demikian, BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," papar Ibrahim.
Oleh sebab itu, cadangan devisa sebesar US$150,7 miliar itu diyakini memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal sejalan dengan tetap terjaganya prospek ekspor, neraca transaksi modal, dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus.
"Untuk perdagangan Selasa (8/9/2025), mata uang rupiah fluktuatif. Namun, Rupiah ditutup menguat direntang Rp 16.250 - 16.310," tutup Ibrahim.
Sumber : investor.id
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()