- Rupiah melemah tajam 1,05% ke Rp16.481 per dolar AS pada Selasa (9/9), dipicu pencopotan Sri Mulyani Indrawati dari jabatan Menteri Keuangan yang memicu kekhawatiran kredibilitas fiskal.
- Investor asing keluar dari pasar, dengan net sell saham US$254 juta dalam empat hari pertama September, disertai penjualan besar di obligasi.
- Tekanan eksternal datang dari penguatan dolar AS akibat krisis politik global dan ekspektasi rapat The Fed pekan depan, sementara risiko inflasi AS masih tinggi.
Ipotnews - Kurs rupiah tertekan tajam terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, setelah Presiden Prabowo Subianto mencopot Sri Mulyani Indrawati dari jabatan Menteri Keuangan.
Mengutip data Bloomberg pada Selasa (9/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.481 per dolar AS, melemah 172 poin, atau 1,05% dibandingkan penutupan Senin sore (8/9) di level Rp16.309 per dolar AS
Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai kepergian Sri Mulyani memicu guncangan besar di pasar. "Sri Mulyani adalah simbol stabilitas fiskal Indonesia. Selama ini beliau menjadi jangkar kepercayaan investor. Pencopotannya menimbulkan kekhawatiran atas kredibilitas kebijakan fiskal ke depan," kata Ibrahim, dalam siaran pers sore ini.
Pasar pun langsung bereaksi negatif. Dalam empat hari pertama September, investor asing mencatat net sell saham sebesar USD254 juta, sementara penjualan di pasar obligasi lebih besar lagi. Sentimen ini mempertegas arus keluar modal asing (capital outflow) dari Indonesia.
Selain faktor domestik, rupiah juga mendapat tekanan eksternal. Indeks dolar AS menguat seiring meningkatnya permintaan aset safe haven, dipicu krisis politik di Eropa pasca mundurnya PM Prancis Francois Bayrou serta pengunduran diri PM Jepang Shigeru Ishiba. Prospek sanksi lebih keras AS terhadap Rusia juga menambah tensi geopolitik.
Dari sisi Amerika, pelemahan pasar tenaga kerja meningkatkan spekulasi penurunan suku bunga The Federal Reserve dalam rapat FOMC pekan depan. Namun, risiko inflasi masih tinggi menyusul tarif baru Presiden AS Donald Trump.
"Data inflasi AS Agustus yang dirilis minggu ini akan jadi penentu langkah Fed. Selama kepastian fiskal domestik juga belum jelas, volatilitas rupiah masih akan tinggi," ungkap Ibrahim.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()