Gejolak Pasar Indonesia Belum Reda, Rupiah dan IHSG Melorot, Terburuk di EM Asia

• Rupiah anjlok hingga 16.495 per dolar AS dan IHSG sempat terperosok 1,8% setelah pencopotan mendadak Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memicu kekhawatiran fiskal.
• Investor asing menarik dana Rp526,2 miliar, sementara imbal hasil obligasi jangka panjang melonjak.
• Secara keseluruhan EM Asia menguat didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, indeks MSCI EM Asia naik lebih dari 1%.

Ipotnews - Nilai tukar rupiah dan indeks harga saham acuan Indonesia turun tajam, berkinerja terburuk di antara  emerging market  Asia. Jelang akhir sesi perdagangan hari ini, Selasa (9/9), rupiah Indonesia jatuh paling dalam, dalam lima bulan terakhir dan IHSG anjlok hampir 2%, setelah pencopotan mendadak menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memicu kekhawatiran investor.
Laman Reuters melaporkan, investor memandang Sri Mulyani sebagai pilar kepercayaan terhadap ekonomi Indonesia yang berperan penting dalam menjaga target fiskal negara. Kepergiannya di tengah gelombang protes dan kerusuhan di Indonesia, mengguncang investor global yang khawatir bahwarencana belanja populis di bawah Presiden Prabowo Subianto dapat melemahkan kredibilitas fiskal negara.
Hingga pukul 15:00 WIB hari ini, rupiah sudah melemah hingga 16.495 per dolar AS, penurunan harian terburuk sejak aksi jual awal April yang dipicu tarif tinggi AS. Penurunan tajam itu mendorong Bank Indonesia turun tangan untuk menstabilkan mata uang. IHSG merosot 1,8% ke level terendah sejak 1 September.
Imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun melonjak tajam ke level tertinggi sejak awal Agustus, sementara imbal hasil obligasi tenor 3 tahun turun ke titik terendah dalam dua tahun. Kondisi tersebut mencerminkan ketidakpastian terhadap stabilitas fiskal dan ekonomi jangka panjang.
Investor asing menarik dana sebesar Rp526,2 miliar (USD31,97 juta) dari pasar saham Indonesia pada Senin kemarin, sehingga total arus keluar kumulatif tahun ini mencapai Rp52,28 triliun, menurut data LSEG .
"Indonesia menghadapi ketidakpastian kebijakan yang lebih tinggi dalam jangka pendek, yang membenarkan pandangan lebih berhati-hati sampai ada sinyal jelas mengenai keselarasan fiskal dan moneter di bawah pemerintahan baru," kata Ernest Chew, manajer portofolio ASEAN di BNP Paribas.
"Secara perbandingan, Thailand saat ini terlihat lebih menarik dari sisi valuasi, terutama mengingat perbaikan stabilitas politik baru-baru ini serta kepemilikan relatif yang masih rendah oleh dana global," imbuhnya kepada Reuters.
Indeks saham acuan SET, Thailand naik 0,6%, menandai penguatan tiga sesi berturut-turut. Baht menguat ke level tertinggi baru dalam empat tahun terakhir, seiring pemilihan perdana menteri baru, Anutin Charnvirakul, yang meredakan kekhawatiran pasar.
Secara keseluruhan, sebagian besar aset berisiko di  emerging market  Asia menguat didorong meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pekan depan.
Indeks MSCI ekuitas EM Asia melonjak lebih dari 1% ke level tertinggi dalam empat tahun. Kenaikan ini didorong oleh momentum di Taiwan dan Korea Selatan yang menyumbang 37% bobot indeks.
Saham Taiwan TAIEX mencetak rekor tertinggi sepanjang masa untuk hari kedua, sementara indeks Korea Selatan KOSPI melaju 1%.
Indeks STI, Singapura melemah dari rekor tertinggi sehari sebelumnya, tertekan oleh saham perbankan besar, sementara indeks KLSE , Malaysia turun tipis.
 Asia stock indexes and currencies at 0737 GMT 


Sumber : admin