- Minyak naik: Brent ditutup menguat 0,6% ke USD66,39 per barel dan WTI meningkat 0,6% ke USD62,63, sempat melonjak hampir 2% pasca serangan Israel ke pimpinan Hamas di Doha.
- Ketegangan mereda: Jaminan AS kepada Qatar serta minimnya gangguan pasokan membuat premi risiko geopolitik mereda, ditambah ekspektasi kenaikan produksi OPEC + yang lebih kecil dari perkiraan.
- Prospek ke depan: Tekanan harga diprediksi berlanjut akibat meningkatnya stok global dan lemahnya permintaan fisik, meski potensi pemangkasan suku bunga the Fed bisa mendukung permintaan minyak.
Ipotnews - Harga minyak menguat, Selasa, setelah militer Israel menyatakan telah melancarkan serangan terhadap pimpinan Hamas di ibu kota Qatar, Doha. Serangan ini menandai perluasan kampanye militer Israel yang berlangsung selama bertahun-tahun di Timur Tengah.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 37 sen atau 0,6% menjadi USD66,39 per barel, demikian laporan Reuters, di New York, Selasa (9/9) atau Rabu (10/9) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), juga menguat 37 sen atau 0,6% ke posisi USD62,63 per barel.
Kedua acuan minyak tersebut sempat melonjak hampir 2% segera setelah serangan Israel, namun sebagian besar kenaikan terpangkas pasca Amerika Serikat meyakinkan Doha bahwa insiden semacam itu tidak akan terulang di wilayahnya.
"Baik Amerika maupun Qatar telah menegaskan mereka tidak menginginkan eskalasi lebih lanjut, sementara reaksi tenang dari anggota Gulf Cooperation Council (GCC) memperkuat pandangan bahwa risiko meluasnya konflik regional masih terkendali," ujar Jorge Leon, Kepala Analisis Geopolitik Rystad Energy.
"Untuk saat ini, premi risiko geopolitik justru mereda, bukan meningkat," tambah Leon.
Selain jaminan dari Gedung Putih, harga minyak juga memangkas sebagian kenaikannya karena serangan tersebut tidak menimbulkan gangguan pasokan langsung, jelas analis UBS Giovanni Staunovo.
Sebelum serangan ke Qatar, harga minyak sudah diperdagangkan lebih tinggi, ditopang kenaikan produksi OPEC + yang lebih kecil dari perkiraan, ekspektasi bahwa China akan terus menimbun cadangan minyak, serta kekhawatiran atas potensi sanksi baru terhadap Rusia.
Namun, kenaikan harga minyak tertahan oleh laporan Energy Information Administration (EIA) AS yang memperkirakan harga minyak mentah global akan berada di bawah tekanan signifikan dalam beberapa bulan ke depan akibat meningkatnya persediaan.
Pasar fisik minyak juga menunjukkan pelemahan, dengan selisih harga jangka pendek (prompt spreads) di kawasan Atlantik melemah tajam, menurut analis StoneX, Alex Hodes.
"Fakta bahwa pasar tidak bereaksi besar terhadap eskalasi ini memperlihatkan betapa lemahnya pasar saat ini," ujarnya.
Faktor lain yang turut menjadi perhatian adalah ekspektasi bahwa Federal Reserve, yang akan menggelar pertemuan pekan depan, akan memangkas suku bunga AS. Suku bunga lebih rendah dapat menurunkan biaya pinjaman konsumen, mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus meningkatkan permintaan minyak.
Data ketenagakerjaan AS untuk periode 12 bulan hingga Maret juga direvisi turun lebih tajam dari perkiraan, Selasa, sehingga mendorong spekulasi bahwa the Fed akan memangkas suku bunga jangka pendek minggu depan dan berpotensi melanjutkan langkah tersebut sepanjang tahun untuk menopang pasar tenaga kerja. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()