Greenback Bangkit dari Tekanan Jual Jelang Rilis Data Inflasi Amerika

avatar
· Views 16
  • Dolar menguat: Indeks DXY naik 0,4% ke 97,78, dengan euro turun 0,5% ke USD1,1707 dan franc Swiss melemah 0,6%; hanya yen yang relatif stabil terhadap greenback.
  • Faktor penggerak: Penguatan dipicu konsolidasi investor jelang data inflasi AS, hasil lelang obligasi tiga tahun yang kuat, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed sebesar 25 bps bulan ini.
  • Isu tenaga kerja: Revisi data menunjukkan 911.000 pekerjaan lebih sedikit dalam 12 bulan hingga Maret, terbesar dalam sejarah, menambah tekanan bagi the Fed untuk segera melonggarkan kebijakan moneter.

Ipotnews - Dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama, Selasa, kecuali versus yen, setelah sempat melemah pada sesi sebelumnya. Penguatan tersebut terjadi ketika investor melakukan konsolidasi posisi menjelang rilis data inflasi penting pekan ini.
Data inflasi produsen (PPI) Amerika Serikat dijadwalkan keluar pada Rabu, disusul inflasi konsumen (CPI), sehari berselang. Kedua data tersebut menjadi fokus untuk menilai dampak tarif terhadap harga di ekonomi terbesar dunia itu, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa (9/9) atau Rabu (10/9) pagi WIB.
Greenback sempat melorot setelah laporan menunjukkan revisi turun hampir 1 juta lapangan kerja dari perkiraan pemerintah untuk periode April 2024 hingga Maret 2025. Revisi tersebut mengindikasikan kondisi pasar tenaga kerja jauh lebih lemah dibandingkan data awal. Namun, data revisi payroll tersebut akhirnya kurang diperhatikan pasar.
Pada perdagangan petang, euro turun 0,5% terhadap dolar ke posisi USD1,1707, mendorong Indeks Dolar (Indeks DXY) naik 0,4% menjadi 97,78. Sebelumnya, indeks tersebut sempat menyentuh posisi terendah tujuh pekan. Versus franc Swiss, dolar menguat 0,6% jadi 0,7976 franc setelah sempat jatuh ke titik terendah enam pekan.
Meski dolar menguat pada sesi Selasa, Elias Haddad, analis Brown Brothers Harriman, London, menilai tren utama saat ini adalah pelemahan dalam jangka menengah. Menurutnya, perubahan sikap dovish the Fed akan mendorong dolar AS ke titik terendah siklikal baru.
"Alasannya, the Fed kini memprioritaskan mandat penciptaan lapangan kerja maksimal ketimbang stabilitas harga karena kebijakan moneter sudah cukup ketat. Jadi setiap reli dolar AS tidak berkelanjutan," kata Haddad.
Revisi data tenaga kerja itu pun menegaskan fokus pada mandat ketenagakerjaan the Fed. Bureau of Labor Statistics (BLS) mencatat jumlah payroll direvisi turun 911.000 pekerjaan dalam 12 bulan hingga Maret. Pada periode 12 bulan sebelumnya (hingga Maret 2024), lapangan kerja juga dipangkas 598.000 pekerjaan.
Menurut Action Economics, revisi ini merupakan yang terbesar dalam catatan sejarah, melampaui -824.000 pada Maret 2009 dan -818.000 pada Maret tahun lalu. Revisi ini setara dengan pemangkasan rata-rata 76.000 pekerjaan per bulan.
"Yang tumbuh lebih cepat dari skeptisisme terhadap data pekerjaan adalah tekanan agar the Fed segera melakukan pemangkasan suku bunga. Tidak ada tanda pendinginan ekonomi yang lebih jelas dibanding pekerjaan yang berubah jadi 'hantu'," kata Michael Ashley Schulman, Chief Investment Officer Running Point, California.
"Satu-satunya hal yang tumbuh lebih cepat daripada skeptisisme terhadap pertumbuhan lapangan kerja adalah tekanan pada Federal Reserve untuk akhirnya melakukan beberapa pemotongan suku bunga karena tidak ada yang menunjukkan pendinginan ekonomi (lebih dari) lapangan kerja yang berubah menjadi cerita hantu," kata Michael Ashley Schulman, Chief Investment Officer Running Point di El Segundo, California.
"Revisi payroll ini mengubah cerita tenaga kerja dari dongeng menjadi audit... sebuah realita pahit terbesar dalam beberapa tahun," tambahnya.
Pada Selasa sore, pasar berjangka Amerika memperkirakan 92% peluang pemangkasan suku bunga 25 basis poin bulan ini, serta 8% peluang untuk pemotongan lebih agresif 50 basis poin.
Di sisi lain, poundsterling turun 0,5% ke posisi USD1,3521, sementara mata uang komoditas seperti dolar Australia, Selandia Baru, dan Kanada juga melemah terhadap greenback.
Beberapa analis menilai hasil lelang US Treasury tenor tiga tahun yang kuat turut mendukung reli dolar. Menurut Action Economics, hasil lelang tersebut mencatat permintaan end-user tertinggi sepanjang sejarah dan menutupi kekecewaan dari lelang Agustus.
"Perilaku lelang yang kuat mungkin turut berkontribusi. Kurva US Treasury sudah konsisten mengalami reli selama sepekan terakhir," ujar Julia Hermann, analis New York Life Investments.
Fokus pasar berikutnya tertuju ke kawasan euro, dengan Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan mempertahankan suku bunga pada rapat kebijakan Kamis ini.
Bulan lalu, ekonom sempat terbelah mengenai peluang pemangkasan lebih lanjut, namun sentimen kini bergeser setelah data terbaru menunjukkan inflasi masih mendekati target 2% dan tingkat pengangguran berada di rekor terendah. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest