Rupiah sempat menguat tipis ke Rp16.439 per dolar AS pada Rabu pagi (10/9), namun masih dibayangi sentimen negatif pencopotan Sri Mulyani dan ketidakpastian arah kebijakan fiskal di bawah Menkeu baru, Purbaya Yudhi Sadewa.
Ekonom menilai pekerjaan rumah utama Menkeu baru adalah menjaga kepercayaan publik dan pelaku usaha, terutama terkait tiga jangkar: aturan, anggaran, dan pembiayaan.
Dolar AS menguat secara global karena permintaan safe haven pasca eskalasi geopolitik, menyusul serangan Israel ke Qatar yang memicu ketegangan baru di Timur Tengah.
Ipotnews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hari ini diprediksi masih terbebani sentimen negatif pencopotan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Mengutip data Bloomberg pada Rabu pagi (10/9) pukul 09.15 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan pada level Rp16.439 per dolar AS, menguat 42 poin, atau 0,26% dibandingkan penutupan Selasa sore (9/9) di level Rp16.481 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan rupiah diperkirakan masih berpotensi melemah oleh kekhawatiran kebijakan fiskal pemerintah Indonesia. "Terutama pasca penggantian Menteri Keuangan Sri Mulyani," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews pagi ini.
Sejumlah ekonom menjelaskan terdapat beberapa hal penting yang perlu menjadi fokus utama Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang baru saja dilantik Selasa (9/9/) kemarin menggantikan Sri Mulyani Indrawati.
Kepala Departemen Makroekonomi Indef, Muhammad Rizal Taufikurrahman menekankan 'Pekerjaan Rumah' utama Menteri Keuangan yang baru terletak pada kepercayaan publik dan pelaku usaha. Adapun kepercayaan tersebut terletak pada tiga jangkar utama. Yakni aturan, anggaran, dan pembiayaan.
Selain itu, dolar AS sendiri terpantau rebound oleh permintaan safe haven di tengah eskalasi di Timur Tengah. Ketegangan di kawasan ini meningkat setelah Israel menyerang Qatar dan menimbulkan kecaman keras dunia.
"Kurs rupiah diprediksi pada kisaran Rp16.400 - Rp16.550 per dolar AS," ujar Lukman.
Serangan Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap ibu kota Qatar pada Selasa (9/9) menjadi pukulan besar bagi upaya yang didukung Amerika Serikat (AS) untuk menormalisasi hubungan dengan negara-negara Teluk Arab, sekaligus berpotensi menggagalkan perundingan gencatan senjata di Gaza.
Serangan yang menargetkan para pemimpin kelompok Hamas itu dilakukan terhadap sekutu damai AS, menandai eskalasi dramatis dari sikap ofensif Israel dalam setahun terakhir, setelah sebelumnya melancarkan serangan udara di Suriah, Lebanon, dan Iran.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()