Rupiah Menguat Tipis Ditopang Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

avatar
· Views 15
  • Rupiah menguat tipis ke Rp16.469 per dolar AS pada Rabu (10/9), ditopang ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed 25 bps pada September 2025.
  • Data tenaga kerja AS melemah (911.000 lapangan kerja lebih sedikit dari perkiraan) dan pasar menunggu rilis inflasi PPI dan CPI untuk konfirmasi arah kebijakan moneter AS.
  • Risiko eksternal dan domestik: ketegangan geopolitik Israel-Hamas serta tarif Trump menahan penguatan rupiah, sementara pemerintah RI menjaga rasio utang 39% dan menyiapkan stimulus percepatan belanja untuk menopang stabilitas.

Ipotnews - Kurs rupiah berhasil ditutup menguat pada perdagangan hari ini, seiring meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat oleh Federal Reserve bulan September ini.
Mengutip data Bloomberg pada Rabu sore (10/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.469 per dolar AS, menguat 12 poin, atau 0,07% dibandingkan penutupan Selasa sore (9/9) di level Rp16.481 per dolar AS.
Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengatakan sinyal pelemahan pasar tenaga kerja AS telah memperkuat keyakinan investor bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin. "Ekspektasi penurunan bunga menjadi katalis positif bagi rupiah, meskipun ruang penguatan masih terbatas karena faktor eksternal lain masih membayangi," kata Ibrahim, dalam siaran pers sore ini.
Data ketenagakerjaan terbaru menunjukkan perekonomian AS menciptakan 911.000 lapangan kerja lebih sedikit selama setahun terakhir dibandingkan perkiraan sebelumnya. Pasar kini menantikan rilis inflasi produsen (PPI) pada Rabu malam dan inflasi konsumen (CPI) Kamis ini untuk mengonfirmasi arah kebijakan The Fed.
"Jika inflasi tetap tinggi, The Fed bisa saja menahan langkah agresif, tetapi skenario dasar tetap pemangkasan 25 basis poin," ujar Ibrahim.
Selain faktor moneter, ketegangan geopolitik juga menjadi perhatian pelaku pasar. Israel melaporkan serangan terhadap pimpinan Hamas di Doha, yang memicu kecaman Qatar dan AS. Sementara Presiden AS Donald Trump mendesak Uni Eropa mengenakan tarif tinggi terhadap India dan Tiongkok terkait energi Rusia.
"Ketidakpastian geopolitik menahan minat risiko sehingga membatasi ruang penguatan rupiah lebih jauh," imbuh Ibrahim.
Dari domestik, pemerintah menegaskan komitmen menjaga rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di kisaran 39% serta defisit APBN maksimal 3%. Pemerintah juga tengah menyiapkan stimulus tambahan guna mempercepat realisasi belanja prioritas. "Percepatan realisasi anggaran akan memperkuat daya tahan ekonomi sekaligus menopang rupiah dari dalam negeri," terang Ibrahim.
Ibrahim memperkirakan rupiah pada perdagangan Kamis (11/9) berpeluang bergerak dalam rentang Rp16.450-Rp16.520 per dolar AS, dengan arah pergerakan masih ditentukan data inflasi AS dan dinamika geopolitik global.(Adhitya/AI)

Sumber : admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest