- Rupiah menguat tipis ke Rp16.461 per dolar AS pada Kamis pagi (11/9), naik 0,05% dari penutupan sebelumnya, dengan potensi bergerak di kisaran Rp16.400-Rp16.500.
- Data PPI AS turun 0,1% pada Agustus 2025, pelemahan pertama dalam empat bulan, meningkatkan peluang The Fed memangkas suku bunga acuan.
- Investor masih wait and see, mencermati data penjualan ritel Indonesia dan inflasi konsumen AS sebagai penentu arah rupiah selanjutnya.
Ipotnews - Kurs rupiah berpeluang menguat terbatas terhadap dolar, setelah data inflasi produsen (PPI) Amerika Serikat Agustus 2025 ternyata melemah.
Mengutip data Bloomberg pada Kamis pagi (11/9) pukul 09.14 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan pada level Rp16.461 per dolar AS, menguat 8 poin, atau 0,05% dibandingkan penutupan Rabu sore (10/9) di level Rp16.469 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan tekanan dari dolar AS agak mereda. "Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dengan potensi menguat terbatas terhadap dolar AS setelah data inflasi produsen AS yg lebih rendah dari perkiraan," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews pagi ini.
Kondisi ini meningkatkan prospek pemangkasan suku bunga acuan oleh the Fed dalam FOMC bukan ini. Walau demikian, investor cenderung masih wait and see mengantisipasi beberapa data diantaranya penjualan ritel Indonesia dan inflasi konsumen AS.
"Kurs rupiah diperkirakan hari ini di kisaran Rp16.400 - Rp16.500 per dolar AS," ujar Lukman.
Inflasi produsen AS secara tak terduga turun pada Agustus untuk kali pertama dalam empat bulan, memperkuat alasan bagi Federal Reserve alias The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya atau fed fund rate (FFR).
Menurut laporan Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) yang dirilis Rabu (10/9), indeks harga produsen (PPI) turun 0,1% dari bulan sebelumnya dan angka Juli direvisi turun. Dibandingkan tahun sebelumnya, PPI melesat 2,6%.
Laporan ini menunjukkan perusahaan-perusahaan menahan diri, tak mengerek harga secara signifikan bulan lalu meski biaya meningkat akibat tarif Presiden Donald Trump.
Walaupun penurunan ini mengikuti kenaikan yang signifikan pada Juli, banyak perusahaan khawatir bahwa kenaikan harga yang tajam dapat membuat pelanggan menjauh saat ketidakpastian ekonomi terus membebani keputusan belanja.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()