- Rupiah melemah tipis ke Rp16.385,6 per dolar AS pada Selasa siang.
- Pasar menanti hasil FOMC dan RDG BI, dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed kian menguat.
- DXY mendekati level terendah dua bulan di 97,17 di tengah tekanan politik dan data NFP yang melambat.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperdagangkan stabil dengan kecenderungan melemah tipis ke level Rp16.385,6/USD pada Selasa siang menjelang sesi Eropa, mencatat kenaikan +3,7 poin atau +0,02% dibandingkan penutupan awal pekan. Pergerakan ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar menjelang dua keputusan suku bunga penting dari Bank Indonesia dan Federal Reserve AS yang akan diumumkan pada hari Rabu.
Pada perdagangan Senin, rupiah ditutup melemah ke Rp16.398,4/USD, meski sempat dibuka lebih kuat di Rp16.381,9 dan menyentuh level tertinggi harian di Rp16.436. Pelemahan tersebut mencerminkan tekanan lanjutan pasca pemberhentian mendadak Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang mengguncang kepercayaan pasar dan memicu fluktuasi nilai tukar. Secara kumulatif, rupiah telah terkoreksi sekitar 1% sejak pertengahan Juli, ketika penguatan sempat terjadi berkat kesepakatan dagang AS.
BI Diprakirakan Tahan Suku Bunga di 5,00%, Pasar Pantau Risiko Dovish The Fed
Jajak pendapat ekonom Reuters yang dirilis pada 16 September 2025 menunjukkan bahwa mayoritas pelaku pasar memprakirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berakhir Rabu ini. Langkah ini dinilai sebagai respons atas ketidakpastian pasar dan tekanan terhadap rupiah, setelah sebelumnya BI memangkas suku bunga dua kali berturut-turut pada Juli dan Agustus. Kekhawatiran pasar terhadap independensi bank sentral juga mencuat, terkait peran BI dalam mendukung pembiayaan fiskal pemerintah melalui skema burden sharing.
Dari eksternal, arah kebijakan The Fed menjadi katalis utama pergerakan mata uang global. Data Nonfarm Payrolls (NFP) Agustus yang melemah memperkuat ekspektasi pelonggaran suku bunga. Berdasarkan alat CME FedWatch, pasar memprakirakan probabilitas 96% untuk pemangkasan 25 basis poin (bp) dan 4% untuk penurunan 50 bp dalam pertemuan FOMC minggu ini. Secara keseluruhan, investor mulai mengantisipasi tiga kali pemotongan suku bunga hingga akhir tahun.
Sentimen Dovish Menguat, Ketegangan Politik AS Tambah Risiko untuk Rupiah
Seiring terbentuknya sentimen dovish, Indeks Dolar AS (DXY) melemah ke 97,17, mendekati posisi terendah sejak 24 Juli. Koreksi ini dipicu oleh kombinasi data ekonomi yang melemah dan tekanan politik menjelang FOMC. Presiden AS Donald Trump kembali mendesak The Fed melalui media sosial untuk melakukan pemangkasan suku bunga yang “lebih besar,” sambil menyoroti kinerja pasar perumahan sebagai alasan tambahan.
Di ranah politik moneter, dinamika semakin tajam. Senat AS telah mengonfirmasi penunjukan Stephen Miran, sekutu Presiden Trump, ke Dewan Gubernur The Fed. Langkah ini menyusul keputusan pengadilan banding federal yang menolak upaya Trump untuk memberhentikan Gubernur Lisa Cook, mempertegas independensi lembaga moneter. Ketegangan ini muncul hanya sehari sebelum dimulainya pertemuan FOMC dua hari, yang akan menetapkan arah suku bunga di tengah tarik-menarik antara tekanan politik dan perlambatan ekonomi.
Perbedaan arah kebijakan The Fed dan BI membuat rupiah rentan terhadap gejolak global. Pelonggaran The Fed bisa mendorong arus modal masuk, namun jika BI terlalu cepat mengikuti tanpa menjaga stabilitas nilai tukar, tekanan terhadap rupiah bisa meningkat. BI perlu menyeimbangkan dukungan terhadap pemulihan dengan menjaga kepercayaan pasar di tengah risiko fiskal dan politik.
Pertanyaan Umum Seputar Bank-Bank Sentral
Bank Sentral memiliki mandat utama yaitu memastikan adanya stabilitas harga di suatu negara atau kawasan. Perekonomian terus-menerus menghadapi inflasi atau deflasi ketika harga barang dan jasa tertentu berfluktuasi. Kenaikan harga yang terus-menerus untuk barang yang sama berarti inflasi, penurunan harga yang terus-menerus untuk barang yang sama berarti deflasi. Tugas bank sentral adalah menjaga permintaan tetap sesuai dengan mengubah suku bunga kebijakannya. Bagi bank sentral terbesar seperti Federal Reserve AS (The Fed), Bank Sentral Eropa (ECB) atau Bank of England (BoE), mandatnya adalah menjaga inflasi mendekati 2%.
Bank sentral memiliki satu alat penting yang dapat digunakan untuk menaikkan atau menurunkan inflasi, yaitu dengan mengubah suku bunga acuannya, yang umumnya dikenal sebagai suku bunga. Pada saat-saat yang telah dikomunikasikan sebelumnya, bank sentral akan mengeluarkan pernyataan dengan suku bunga acuannya dan memberikan alasan tambahan terkait mengapa bank ini mempertahankan atau mengubahnya (memotong atau menaikkan). Bank-bank lokal akan menyesuaikan suku bunga tabungan dan pinjaman mereka, yang pada gilirannya akan mempersulit atau mempermudah orang untuk mendapatkan penghasilan dari tabungan mereka atau bagi perusahaan-perusahaan untuk mengambil pinjaman dan melakukan investasi dalam bisnis mereka. Ketika bank sentral menaikkan suku bunga secara substansial, hal ini disebut pengetatan moneter. Ketika memotong suku bunga acuannya, maka disebut pelonggaran moneter.
Bank sentral sering kali independen secara politik. Anggota dewan kebijakan bank sentral melewati serangkaian panel dan sidang sebelum diangkat ke kursi dewan kebijakan. Setiap anggota di dewan tersebut sering kali memiliki keyakinan tertentu tentang bagaimana bank sentral harus mengendalikan inflasi dan kebijakan moneter berikutnya. Anggota yang menginginkan kebijakan moneter yang sangat longgar, dengan suku bunga rendah dan pinjaman murah, untuk meningkatkan ekonomi secara substansial semantara merasa puas melihat inflasi sedikit di atas 2%, disebut 'dove'. Anggota yang lebih suka melihat suku bunga yang lebih tinggi untuk menghargai tabungan dan ingin menjaga inflasi tetap rendah setiap saat disebut 'hawk' dan tidak akan beristirahat sampai inflasi mencapai atau sedikit di bawah 2%.
Biasanya, ada ketua atau presiden yang memimpin setiap rapat, perlu menciptakan konsensus antara pihak yang mendukung atau menentang kebijakan moneter dan memiliki keputusan akhir ketika keputusan harus diambil berdasarkan suara yang terbagi untuk menghindari hasil seri 50-50 mengenai apakah kebijakan saat ini harus disesuaikan. Ketua akan menyampaikan pidato yang sering kali dapat diikuti secara langsung, di mana sikap dan prospek moneter saat ini dikomunikasikan. Bank sentral akan mencoba untuk mendorong kebijakan moneternya tanpa memicu perubahan tajam pada suku bunga, ekuitas, atau mata uangnya. Semua anggota bank sentral akan mengarahkan sikap mereka ke pasar sebelum acara rapat kebijakan. Beberapa hari sebelum rapat kebijakan berlangsung hingga kebijakan baru dikomunikasikan, anggota dilarang berbicara di depan umum. Hal ini disebut periode blackout.
Được in lại từ FXStreet_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Tải thất bại ()