- IHSG terkoreksi tipis 0,21% dengan net sell asing Rp265 miliar, namun masih berpotensi bergerak sideways di rentang 7.950-8.050.
- BI menurunkan BI-Rate ke 4,75%, level terendah sejak 2022, serta memperkuat likuiditas lewat pembelian SBN Rp217,1 triliun dan insentif kredit Rp384 triliun.
- The Fed memulai siklus pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps ke 4,25%, dengan proyeksi tambahan pemangkasan pada Oktober dan Desember 2025.
Ipotnews - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) ditutup melemah 0,21 persen ke level 8.008 pada perdagangan kemarin dengan disertai aksi jual bersih asing senilai sekitar Rp265 miliar.
Saham-saham perbankan besar seperti
BBCA
, BMRI
, BBNI
, BREN
, dan AMRT
menjadi yang paling banyak dilepas asing.Meski terkoreksi, pergerakan IHSG dinilai masih berpotensi bergerak mendatar (sideways) di kisaran 7.950-8.050.
"Secara teknikal, IHSG memiliki support di 7.930-7.950 dan resistance di 8.020-8.050. Investor dapat mempertimbangkan sejumlah saham pilihan seperti
CDIA
, TOBA
, EMTK
, WIRG
, BRMS
, dan AMMN
," kata Fanny Suherman, Head of Retail Research BNI Sekuritas dalam riset hariannya, Jumat (19/9).Fanny menyebut, strategi perdagangan yang disarankan meliputi aksi speculative buy maupun buy on weakness dengan target jangka pendek. Misalnya,
CDIA
dengan area beli Rp1.490-1.500 dan target Rp1.515-1.540, serta TOBA
dengan area beli Rp1.350-1.365 dan target Rp1.385-1.420.Dari sisi makro, optimisme pasar kian meningkat setelah Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 bps menjadi 4,75%, terendah sejak Oktober 2022. Dengan demikian sejak awal tahun, BI sudah memangkas suku bunga lima kali dengan total 125 bps.
"Pasar sangat mengapresiasi sinergi antara BI dengan pemerintah. Kebijakan moneter yang all out pro growth namun tetap menjaga stabilitas menjadi katalis positif," ujar M. Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst PT Mirae Asset Sekuritas.
Ia menambahkan, langkah BI memperkuat likuiditas lewat pembelian SBN senilai Rp217,1 triliun hingga 16 September 2025, serta insentif makroprudensial jumbo sebesar Rp384 triliun, diyakini akan menopang pertumbuhan kredit.
Dari eksternal, siklus pelonggaran moneter global semakin nyata. The Fed memangkas suku bunga 25 bps menjadi 4,25% dan memberi sinyal dua kali pemangkasan tambahan pada Oktober dan Desember mendatang. "Hal ini menambah sentimen positif bagi pasar emerging market, termasuk Indonesia," tutur Nafan.(Marjudin/AI)
Sumber : admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.


Tải thất bại ()