Pasardana.id - Didorong oleh keberhasilan inisiatif biosekuriti dalam mencegah Demam Babi Afrika/african swine fever (ASF) di Kalimantan Barat dan Sulawesi Utara, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) kini memperluas upaya tersebut ke Nusa Tenggara Timur, salah satu sentra produksi babi di Indonesia.
Melalui FAO Pusat Darurat untuk Penyakit Hewan Lintas Batas/Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD) Indonesia dan dengan dukungan dari Kementerian Pertanian, Pangan, dan Urusan Pedesaan/Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs (MAFRA) Republik Korea, Program Intervensi Biosekuriti Komunitas untuk Demam Babi Afrika/Community African Swine Fever Biosecurity Intervention (CABI) dirancang untuk melindungi peternak babi dan menjaga mata pencaharian mereka dari ancaman ASF.
Program CABI di Nusa Tenggara Timur resmi diluncurkan di dua lokasi, yaitu Desa Oefafi dan Kelurahan Sikumana.
“Peternakan babi merupakan tulang punggung mata pencaharian banyak keluarga di Nusa Tenggara Timur (NTT), namun ASF telah menimbulkan kerugian besar bagi peternak. Melalui CABI, kami mengambil langkah nyata untuk membangun ketahanan kesehatan terhadap penyakit ini,” ujar Ketua Balai Besar Veteriner Denpasar, Imron Suandy, seperti dilansir dari siaran pers, Jumat (19/9/2025).
Peternakan babi memegang peran penting dalam perekonomian pedesaan di Nusa Tenggara Timur, yang menjadi salah satu daerah populasi babi terbesar di Indonesia, yakni sekitar 2,5 juta ekor.
Namun, berulangnya wabah ASF telah menimbulkan kerugian besar, menurunkan pendapatan rumah tangga serta harga pasar.
Kondisi ini menekankan pentingnya penerapan biosekuriti yang komprehensif untuk memperkuat ketahanan dan melindungi mata pencaharian.
“Dengan membekali peternak pengetahuan dan perangkat biosekuriti yang praktis, kami berupaya membantu mereka melindungi ternak sekaligus menjaga keberlanjutan pendapatan,” tambah Imron.
“FAO sangat senang melihat model biosekuriti CABI yang terbukti berhasil kini direplikasi di Nusa Tenggara Timur. CABI bukan semata langkah menghadapi ASF saat ini, melainkan juga upaya membangun sistem kesehatan hewan yang lebih tangguh di masa depan. Dengan penguatan biosekuriti di tingkat komunitas, kita berinvestasi pada produksi ternak berkelanjutan dan ketahanan pangan jangka panjang,” kata Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste.
“Peluncuran CABI di Nusa Tenggara Timur menandai langkah penting bagi provinsi kami dalam menghadapi ASF. Program ini menawarkan solusi praktis dan terjangkau untuk tantangan saat ini. Melalui program ini, peternak akan diberdayakan dengan langkah-langkah biosekuriti sederhana untuk menjaga kesehatan ternak, meningkatkan keuntungan ekonomi, dan menjamin keberlanjutan jangka panjang peternakan babi,” ujar Yohanes Oktavianus, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sebagai bentuk komitmen, Penjabat Sekretaris Daerah Kota Kupang, Ignasius Lega, yang mewakili Wali Kota Kupang; Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Kupang, Pandapotan Siallagan, yang mewakili Bupati Kupang; serta Wakil Ketua Komite II DPD RI, Angelius Wake Kako, turut hadir pada acara peluncuran Program CABI.
Para pemimpin daerah tersebut menyambut baik inisiatif ini dan menyatakan dukungan penuh terhadap pelaksanaan program.
Langkah baru dalam upaya melawan ASF ini menunjukkan dedikasi Nusa Tenggara Timur terhadap penguatan biosekuriti, pembangunan komunitas peternak yang lebih tangguh, serta peran pentingnya dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Tải thất bại ()