Rupiah Terkoreksi ke Level 16.589 per Dolar, Pasar Hadapi Campuran Tekanan Kebijakan

avatar
· Views 17
  • Rupiah melemah ke Rp16.589,40 per dolar AS pada Jumat, mendekati level psikologis 16.600.
  • Pelemahan dipicu kombinasi dovish-nya BI, pelebaran defisit fiskal, dan solidnya data AS.
  • Pasar menunggu pidato Pejabat The Fed Daly malam ini untuk menangkap sinyal arah kebijakan selanjutnya.

Nilai tukar rupiah Indonesia (IDR) kembali melemah terhadap dolar AS (USD) pada perdagangan Jumat, melanjutkan tren depresiasi yang terbentuk sejak pertengahan bulan. Menjelang akhir pekan, rupiah tengah bergerak di level Rp16.589,40 per dolar AS, melemah 112,6 poin atau 0,68% dibanding hari sebelumnya. Pergerakan harian USD/IDR mencatat pembukaan di Rp16.476,80, dengan level tertinggi harian di Rp16.592,80.

Kecenderungan ini mengindikasikan kelanjutan dominasi dolar yang didorong oleh sikap hati-hati The Fed dan ketahanan data tenaga kerja AS, termasuk Klaim Tunjangan Pengangguran mingguan yang turun. Dengan level psikologis Rp16.600 kian dekat, pasar menakar peluang pelemahan lanjutan menuju Rp16.650-Rp16.700 dalam waktu dekat, terlebih sentimen domestik belum memberikan dorongan yang cukup untuk membendung tekanan eksternal.

Rupiah Tertekan: Suku Bunga Turun, Stimulus Fiskal Agresif, dan Sorotan atas Revisi Anggaran 2026

Arah rupiah saat ini berada di bawah tekanan kombinasi faktor eksternal dan dinamika domestik yang kompleks. Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia secara mengejutkan memangkas suku bunga acuan BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur September, pemangkasan keenam sejak September 2024 dengan total pelonggaran 150 bp sepanjang siklus ini. BI juga menurunkan deposit facility sebesar 50 bp ke 3,75% dan lending facility 25 bp ke 5,50%.

Langkah ini bertujuan mendorong permintaan kredit yang masih lesu, namun bertentangan dengan konsensus 31 ekonom dalam survei Reuters yang seluruhnya memproyeksikan suku bunga tetap. Akibatnya, rupiah melemah tajam, mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap bauran kebijakan, terutama pelebaran diferensial suku bunga dengan AS. Padahal, inflasi domestik sebenarnya masih dalam kendali, tercatat 2,52% secara tahunan pada Agustus – jauh di bawah target batas atas BI sebesar 3,5%, memberi ruang pelonggaran lebih lanjut, namun tetap menyisakan pertanyaan soal efektivitas transmisi ke sektor riil.

Di sektor fiskal, Menteri Keuangan baru Purbaya Yudhi Sadewa mengalihkan Rp200 triliun dana dari BI ke bank komersial demi memperkuat likuiditas sektor riil, disertai stimulus tambahan Rp16,2 triliun. Namun, langkah ini memicu kekhawatiran soal independensi BI dan belum cukup meredakan tekanan terhadap rupiah yang masih rapuh di tengah ketidakpastian global.

Revisi anggaran 2026 menambah tekanan bagi rupiah, dengan DPR siap menyetujui belanja Rp3.842,7 triliun dan defisit 2,68% PDB – naik dari usulan awal Prabowo. Meski masih di bawah batas legal, sorotan pasar meningkat pasca pencopotan Sri Mulyani dan gelombang protes. Pemerintah dituntut mencari sumber penerimaan nonpajak agar tak sepenuhnya bergantung pada utang. Pemungutan suara final di DPR dijadwalkan pada 23 September.

Data AS Membaik, Fokus Pasar Bergeser ke Pidato Daly Malam Ini

Di Amerika Serikat, data tenaga kerja terbaru menunjukkan sinyal perbaikan bertahap. Klaim pengangguran mingguan turun ke 231 ribu pada pekan yang berakhir 13 September, lebih rendah dari estimasi 240 ribu dan revisi pekan sebelumnya di 264 ribu, menurut laporan Departemen Tenaga Kerja AS. Rata-rata empat mingguan juga menurun tipis ke 240 ribu, sementara klaim lanjutan menyusut 7 ribu menjadi 1,92 juta dengan tingkat pengangguran yang diasuransikan tetap stabil di 1,3%.

Reaksi pasar terhadap rilis ini cenderung terbatas; Indeks Dolar (DXY) bergerak mendatar di kisaran 97,20 usai rilis data tersebut, kini tengah bergerak lebih tinggi di 97,39 dan imbal hasil obligasi menampilkan pergerakan beragam, menyusul pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin yang sudah diantisipasi pasar. Dalam pernyataan resminya, The Fed menilai bahwa aktivitas ekonomi telah moderat dalam beberapa bulan terakhir, pasar tenaga kerja mulai melemah, dan inflasi tetap di atas target 2% meski mulai mereda. Dot plot terbaru menunjukkan potensi dua pemangkasan suku bunga tambahan hingga akhir tahun ini.

Ketua Jerome Powell menggambarkan langkah ini sebagai “manajemen risiko” dan menegaskan bahwa kebijakan moneter tetap bergantung pada data, tanpa jalur yang telah ditentukan. Ia juga menyebut bahwa tidak ada konsensus untuk pemangkasan agresif 50 bp, dan saat ini belum ada urgensi untuk mempercepat pelonggaran.

Dari sisi data manufaktur, sentimen membaik setelah indeks survei The Fed Philadelphia melonjak ke 23,2 pada September dari -0,3 bulan sebelumnya, jauh melampaui konsensus 2,3. Kenaikan tajam ini memperkuat sinyal pemulihan bertahap di sektor barang, meskipun kondisi makro masih diliputi ketidakpastian.

Pasar kini akan mencermati pidato Presiden The Fed San Francisco Mary Daly malam ini untuk menangkap arah kebijakan lanjutan setelah The Fed memangkas suku bunga.

Bagikan: Pasokan berita

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest