Kembalinya Siklus Pemangkasan Global Tunjukkan Risk-on Investor ... Kondisi Makro Indonesia Relatif Stabil - Ashmore

avatar
· Views 17
  • IHSG menguat ke 8.051 pekan lalu dengan arus masuk asing USD10 juta, ditopang sektor Industri dan Teknologi.
  • The Fed, Bank of Canada, dan BI memangkas suku bunga, menandai dimulainya kembali siklus pelonggaran global.
  • Kondisi makro Indonesia relatif stabil sehingga investor disarankan fokus pada saham berkualitas dan obligasi jangka pendek.

Ipotnews - Bursa saham Indonesia mengakhiri sesi perdagangan pekan ketiga November 2025, Jumat (19/9), dengan kenaikan IHSG sebesar 0,53% menjadi 8.051, rekor penutupan tertinggi sepanjang masa, yang juga lebih tinggi dari sesi penutupan pekan sebelumnya di posisi 7.854. Investor asing mencatat arus masuk ekuitas sebesar US$10 juta sepanjang ini.
 Weekly Commentary , PT Ashmore Asset Management Indonesia mencatat, beberapa faktor penting yang mempengaruhi pergerakan dana di pasar modal dalam dan luar negeri sepanjang pekan, antara lain;
Kembalinya Siklus Pemangkasan Global Tunjukkan Risk-on Investor ... Kondisi Makro Indonesia Relatif Stabil - Ashmore
Apa yang terjadi sepekan terakhir?
Ashmore mencatat, penguatan IHSG pekan ini didukung oleh sektor dengan kinerja terbaik adalah sektor Industri dan Teknologi, yang masing-masing naik +11,01% dan +10,18%. Sedangkan sektor yang tertinggal adalah sektor Keuangan yang turun -0,19%.
Pasar dengan kinerja terbaik pekan ini ditunjukkan oleh harga batubara (+7,15%) dan Indeks IHSG (+1,94%). Sebaliknya, terjadi koreksi pada Indeks Shanghai Composite (-1,30%) dan harga CPO (-0,30%).
Ashmore juga mencatat, pekan ini The Fed memangkas suku bunga untuk kali pertama pada tahun ini setelah berbulan-bulan bersikap berhati-hati, dan pemangkasan suku bunga terindikasi akan berlanjut sepanjang tahun. Di sisi lain, data penjualan ritel AS tumbuh lebih kuat dari perkiraan.
Bank of Canada juga memangkas suku bunga setelah tiga kali menahan, seiring pelemahan perekonomian Kanada terkait hambatan perdagangan oleh AS. Sementara itu, inflasi tahunan utama dan inti lebih rendah dari perkiraan, namun tetap meningkat karena penurunan harga bensin yang lebih kecil.
Kawasan Eropa secara keseluruhan mengalami perbaikan sentimen ekonomi, yang juga tercermin pada indeks sentimen ekonomi Jerman terutama dari sektor berorientasi ekspor. Sementara itu, Bank of England mempertahankan suku bunga sesuai ekspektasi, karena tingkat pengangguran tetap tinggi di 4,7% sementara inflasi tahunan utama tidak berubah namun tetap tinggi di 3,8%.
Di Asia, Bank of Japan juga mempertahankan suku bunga sesuai perkiraan dengan tetap berhati-hati terhadap prospek politik dan dampak tarif AS. Bank Indonesia kembali melakukan pemangkasan suku bunga mengejutkan dengan inflasi dan nilai tukar relatif stabil, yang bertujuan mendukung pertumbuhan domestik.
Siklus pelonggaran dimulai lagi
Ashmore berpendapat, setelah jeda panjang dalam kebijakan suku bunga dengan volatilitas indikator makro AS yang berlanjut, The Fed akhirnya memutuskan memangkas suku bunga sebagaimana sudah sepenuhnya diantisipasi pasar sejak beberapa minggu sebelumnya.
"Hal ini menandai dimulainya kembali siklus pelonggaran, dengan investor global perlahan beralih ke sikap lebih  risk-on . Menariknya, Gubernur baru The Fed, Stephen Miran justru memilih pemangkasan 50 bps, sementara gubernur lain memilih 25 bps," tulis Ashmore.
Selain itu, Ashmore menambahkan, Ketua The Fed menggambarkan pemangkasan ini sebagai langkah manajemen risiko dan menegaskan bahwa laju pemangkasan tidak perlu dipercepat serta belum jelas apa yang harus dilakukan dalam kondisi saat ini. Oleh karena itu, pasar masih memperkirakan pemangkasan lanjutan, masing-masing pada dua rapat FOMC berikutnya tahun ini, sehingga total pemangkasan suku bunga 2025 diperkirakan mencapai 75 bps.
Namun Ashmore mengingatkan, meski jalur suku bunga The Fed tahun ini relatif jelas dengan tambahan 50 bps pemangkasan, masih ada perbedaan pandangan untuk tahun-tahun berikutnya. Dot plot terbaru menunjukkan proyeksi suku bunga 2026-2028 tersebar antara 2,5% hingga 4% tanpa titik ekstrem (berbeda dengan dot plot 2025).
"Hal ini mencerminkan perbedaan pandangan pejabat The Fed terhadap data ekonomi dan tingkat suku bunga yang dianggap tepat," ungkap Asmore.
Proyeksi data ekonomi pun bercampur, dengan pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan lebih kuat, sementara inflasi PCE utama dan inti diperkirakan lebih tinggi. Namun, pasar berjangka memperkirakan pemangkasan lebih agresif di 2026 dibanding dot plot (selisih hampir 50 bps).
"Kesimpulannya, The Fed tampak konservatif dan akan tetap bergantung pada data dengan risiko inflasi serta pengangguran yang masih ada," imbuh Ashmore.
Di dalam negeri, Ashmore menyoroti kebijakan Bank Indonesia yang kembali memberikan kejutan dengan pemangkasan suku bunga, setelah kejutan bulan lalu. Hal ini, "menunjukkan sikap yang jelas untuk mendukung perekonomian domestik," sebuat Ashmore.
Tidak hanya suku bunga kebijakan dipangkas 25 bps, suku bunga deposito bank  overnight  juga dipangkas lebih besar, yakni 50 bps menjadi 3,75%, mendorong bank agar tidak menyimpan dana berlebih menganggur.
Menurut Ashmore, langkah tersebut konsisten dengan kebijakan baru Menteri Keuangan Purbaya yang menambah likuiditas Rp200 triliun ke bank BUMN , mendorong bank untuk menyalurkan kredit demi menghidupkan kembali ekonomi melalui efek pengganda.
"Ke depan, BI melihat masih ada ruang pemangkasan lebih lanjut, di mana ekonom memperkirakan tambahan 50 bps hingga akhir tahun dan 25 bps lagi pada kuartal pertama tahun depan," papar Ashmore.
Ashmore menilai, secara keseluruhan, dimulainya kembali siklus pemangkasan global menunjukkan sikap  risk-on  dari investor global, dengan jalur yang lebih jelas hingga akhir tahun. Secara khusus, The Fed kemungkinan akan tetap berhati-hati dalam jangka menengah seiring data makro kritis yang terus menunjukkan pelemahan dan ketidakpastian.
Sebaliknya, Ashmore melihat, kondisi makro Indonesia seperti inflasi dan pengangguran tampak relatif stabil, sementara rupiah tetap stabil di kisaran 16.200 - 16.500 meskipun sudah lebih dulu memangkas suku bunga dibanding The Fed sejak awal tahun ( spread  antara kedua suku bunga kini 50 bps dibanding  spread  pra-Covid sekitar 350 bps).
"Dalam situasi ini, kami tetap  overweight  pada saham dengan fokus pada  Quality  dan  Value  dibanding  Momentum.  Dalam jangka pendek, obligasi berdurasi pendek berpotensi melanjutkan reli seiring jalur suku bunga yang jelas. Setelah itu, investor dapat menambah durasi pada obligasi pemerintah untuk mengoptimalkan imbal hasil ketika yield jangka panjang menyusul." (Ashmore)
Kembalinya Siklus Pemangkasan Global Tunjukkan Risk-on Investor ... Kondisi Makro Indonesia Relatif Stabil - Ashmore

Sumber : Admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest