- Rupiah menguat tipis 3 poin (0,02%) ke Rp16.684 per dolar AS pada Rabu (24/9), ditopang sentimen positif revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh OECD menjadi 4,9% untuk 2025-2026.
- OECD menilai pelonggaran moneter, investasi publik, dan konsumsi domestik menopang pertumbuhan, namun memperingatkan inflasi bisa naik dari 1,9% (2025) ke 2,7% (2026) akibat depresiasi rupiah.
- Tekanan eksternal datang dari tensi geopolitik Rusia-Ukraina dan sikap The Fed yang masih hati-hati terkait penurunan suku bunga. Rupiah besok diperkirakan bergerak fluktuatif di kisaran Rp16.680-Rp16.730 per dolar AS.
Ipotnews - Rupiah menutup perdagangan hari ini dengan penguatan sangat tipis terhadap dolar Amerika Serikat, seiring sentimen positif dari revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi ( OECD ).
Mengutip data Bloomberg pada Rabu (24/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.684 per dolar AS, posisi tersebut menguat 3 poin atau 0,02% dibandingkan Selasa sore (23/9) kemarin di level Rp16.687 per dolar AS.
OECD menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9% pada 2025 dan 2026. Angka ini lebih tinggi dari estimasi sebelumnya, yakni 4,7% untuk 2025 dan 4,8% untuk 2026. Lembaga tersebut menilai pelonggaran kebijakan moneter, investasi publik yang kuat, serta konsumsi domestik yang tangguh akan menopang pertumbuhan.
Meski begitu, OECD juga mengingatkan risiko inflasi yang diperkirakan naik dari 1,9% pada 2025 menjadi 2,7% pada 2026, terutama akibat depresiasi kurs rupiah.
Pengamat ekonomi, mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai sentimen revisi proyeksi OECD membantu menahan pelemahan rupiah di tengah tekanan eksternal. "Dari sisi global, tensi geopolitik kembali meningkat," kata Ibrahim dalam siaran pers sore ini.
Presiden AS Donald Trump mendesak
NATO
 menembak jatuh pesawat Rusia bila melanggar wilayah udara aliansi, sekaligus menyatakan Ukraina bisa merebut kembali seluruh wilayahnya dari Rusia. "Pernyataan ini dinilai meningkatkan risiko sanksi baru terhadap ekspor energi Rusia," ujar Ibrahim.Selain itu, pasar masih mencermati arah kebijakan Federal Reserve. Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan belum ada jalur bebas risiko dalam menyeimbangkan pengendalian inflasi dengan pelemahan tenaga kerja. Pasar memperkirakan masih ada dua kali penurunan suku bunga tahun ini, namun waktu pasti pelaksanaannya belum jelas.
Dengan kombinasi sentimen tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah pada perdagangan Kamis (25/9) akan bergerak fluktuatif di kisaran Rp16.680-Rp16.730 per dolar AS.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
        Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
        



Tải thất bại ()