Mata Uang Asia Melemah Tertekan Penguatan Dolar; Indeks Saham Cenderung Turun

Ipotnews - Hampri semua mata uang  emerging market  Asia menjelang akhir sesi penutupan perdagangan hari ini, tertekan penguatan indeks dolar AS. Sebagain besar indeks saham acuan juga memerah. Dolar menguat setelah komentar hati-hati Ketua The Fed terkait pelonggaran moneter lebih lanjut.
Laman Reuters, Rabu (24/9) melaporkan, hingga mendekati pukul 15:00 WIB hari ini, baht Thailand melemah paling dalam di antara mata uang Asia, terendah dalam lebih dari sepekan. Rupiah Indonesia juga masih tertekan mendekati posisi terendah lima bulan akibat kekhawatiran fiskal.
Data menunjukkan ekspor Thailand tumbuh pada laju paling lambat dalam hampir setahun karena baht yang lebih kuat dan dampak tarif dari Amerika Serikat.
Baht menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di kawasan tahun ini, dengan kenaikan hampir 7,4%. Kenaikannya ke level tertinggi empat tahun awal bulan ini mendorong pemerintah membentuk tim untuk menangani apresiasi dan melacak arus modal yang tidak teridentifikasi.
Lloyd Chan, analis mata uang senior di MUFG , memperkirakan baht akan diperdagangkan di kisaran 32,00-32,50 pada kuartal IV, berkat cadangan eksternal Thailand yang kuat dan dolar yang secara umum lebih lemah.
Mata uang lain di kawasan juga melemah ketika indeks dolar AS (indeks DXY) naik 0,1%. Ketua The Fed Jerome Powell menyuarakan nada hati-hati terkait pelonggaran lebih lanjut, namun pasar memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga lagi tahun ini, menurut alat FedWatch CME.
Peso Filipina turun hingga 0,4% ke level terendah tiga pekan, dan won Korea Selatan melemah 0,3%. Rupiah Indonesia melemah 0,1% ke posisi terendah sejak 30 April.
Parlemen Indonesia pada Selasa menyetujui usulan anggaran Presiden Prabowo Subianto untuk 2026, yang mencakup peningkatan belanja meskipun tetap menargetkan defisit fiskal di bawah batas hukum. Ambisi menggenjot pertumbuhan pemerintahan Prabowo memicu kekhawatiran bahwa kredibilitas fiskal bisa terganggu, berpotensi melemahkan neraca berjalan dan meningkatkan inflasi.
"Dalam jangka pendek, indikator teknikal terus mendukung bias  bearish  pada rupiah," tulis Chan dari MUFG dalam catatannya yang dikutip Reuters.
"Dengan USDIDR menembus level 16.500 dan sentimen pasar tetap rapuh, pasangan ini bisa bertahan di atas perkiraan awal akhir tahun kami di 16.400 pada kuartal IV, kecuali ada perubahan signifikan dalam kejelasan kebijakan."
Rupee India bertahan dekat rekor terendah akibat kekhawatiran dampak tarif AS dan perubahan kebijakan visa,. Intervensi Bank Sentral India memberikan sedikit dukungan.
Pasar saham Asia juga melemah, mengikuti penurunan di Wall Street semalam. Sementara itu, Topan Super Ragasa melanda Hong Kong dengan angin badai, dan hujan deras di Taiwan menyebabkan 14 orang tewas.
Indeks saham Taiwan TAIEX melemah 0,2% setelah menyentuh rekor tertinggi pada sesi sebelumnya, dan indeks saham KOSPI Korea Selatan turun 0,4%. Berlawanan dengan tren, indeks saham SSEC , China naik 0,9%, didorong penguatan saham teknologi. (Reuters)
 Asia stock indexes and currencies at 0713 GMT 


Sumber : admin