Nilai Tukar Rupiah Hari Ini, Kamis 25 September 2025: Tembus Rp 16.700

avatar
· Views 5

JAKARTA, investor.id -Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jatuh hingga menembus Rp 16.700 pada Kamis (25/9/2025). Pelemahan ini terjadi seiring dengan penguatan dolar AS di saat pasar menunggu rilis data penting dari negara Paman Sam tersebut.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.07 WIB di pasar spot exchange, Rupiah hari ini jatuh sebesar 47 poin (0,28%) ke level Rp 16.731,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terlihat turun 0,07% ke level 97,8.
Sedangkan pada perdagangan Rabu (24/9/2025), mata uang rupiah sempat ditutup menguat tipis sebesar 3 poin (0,02%) ke level Rp 16.684,5.
Dikutip dari Reuters, investor menimbang prospek pelonggaran suku bunga The Fed yang diperkirakan berlangsung secara bertahap, menyusul pernyataan hati-hati dari para pejabat bank sentral, sembari menunggu data ekonomi terbaru yang akan memberi gambaran dampak tarif impor.
Saat ini, pasar memperkirakan ada potensi pemangkasan suku bunga sebesar 43 basis poin dalam dua pertemuan kebijakan tersisa tahun ini. Namun, komentar sejumlah pejabat, termasuk Ketua The Fed Jerome Powell, menegaskan keputusan suku bunga sangat bergantung pada data inflasi dan tenaga kerja yang akan dirilis mendatang.
Kurangnya kejelasan membuat pelaku pasar tidak lagi sepenuhnya memproyeksikan penurunan suku bunga pada bulan depan. Bahkan, dolar AS terus menguat sejak The Fed memangkas bunga pekan lalu sesuai ekspektasi.
Euro diperdagangkan stabil di US$ 1,17425 setelah turun 0,6% di sesi sebelumnya, sementara poundsterling bertahan di US$ 1,3451. Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, berada di level 97,813, mendekati puncak tiga pekan.
Pernyataan Pejabat The Fed
Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly, menyatakan meskipun pemangkasan bunga tambahan diperlukan, waktunya masih belum jelas. "Apakah sekarang, tahun ini, atau nanti? Sulit untuk dipastikan," ujarnya.
Fokus pasar kini tertuju pada data ekonomi AS, termasuk laporan inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) pada Jumat dan estimasi final PDB kuartal II pada Kamis. Selain itu, potensi penutupan pemerintahan AS menambah ketidakpastian.
Investor juga menunggu petunjuk soal dampak tarif besar-besaran yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, yang telah mengguncang perdagangan global. Hingga kini, data resmi belum sepenuhnya menunjukkan efek tarif terhadap harga dan perekonomian.
Analis dari Nuveen Laura Cooper memperkirakan, inflasi PCE bisa mencapai 3,2% tahun ini, lebih tinggi dari target. "Dengan sikap The Fed yang bergantung pada data, jalan menuju pemangkasan beruntun masih belum pasti," katanya.
Sementara itu, yen Jepang menguat tipis setelah risalah rapat Bank of Japan (BoJ) bulan Juli mengungkap adanya usulan kenaikan suku bunga di masa depan. Meski pada pertemuan September BoJ masih menahan bunga, dua anggota dewan memilih opsi kenaikan, membuka peluang perubahan kebijakan.
Pasar kini memperkirakan ada peluang 50% kenaikan bunga pada rapat BoJ 29-30 Oktober mendatang. Yen terakhir diperdagangkan di level 148,62 per dolar AS, menjauh dari posisi terlemah tiga pekan yang tercapai Rabu.

Sumber : investor.id

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest