Pasar Telaah Larangan Ekspor Rusia dan Data Ekonomi AS, Minyak Relatif Stabil

avatar
· Views 18
  • Minyak Brent ditutup naik 0,16% ke USD69,42 per barel, sementara WTI turun 0,02% jadi USD64,98, setelah sehari sebelumnya melonjak 2,5% ke level tertinggi sejak 1 Agustus.
  • Harga didorong oleh penurunan mengejutkan stok minyak AS serta rencana Rusia memperpanjang larangan ekspor bensin dan memberlakukan larangan sebagian ekspor solar hingga akhir tahun akibat serangan Ukraina terhadap kilang.
  • Data PDB AS yang lebih kuat dari perkiraan memicu kekhawatiran the Fed lebih berhati-hati memangkas suku bunga, sementara rencana Irak dan Kurdistan melanjutkan ekspor minyak dalam 48 jam menambah sentimen pasokan berlebih.

Ipotnews - Harga minyak relatif stabil, Kamis, setelah sehari sebelumnya menyentuh level tertinggi dalam tujuh pekan. Sentimen positif datang dari keputusan Rusia memperpanjang larangan ekspor bahan bakar, namun penguatan tertahan oleh data ekonomi Amerika yang lebih kuat dari perkiraan.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 11 sen atau 0,16% menjadi USD69,42 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (25/9) atau Jumat (26/9) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melemah 1 sen atau 0,02% ke posisi USD64,98 per barel.
Sehari sebelumnya, kedua patokan minyak tersebut melonjak sekitar 2,5% ke level tertinggi sejak 1 Agustus, dipicu penurunan tak terduga persediaan minyak mentah Amerika dan kekhawatiran pasokan akibat serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, Kamis, mengumumkan negara itu akan memberlakukan larangan parsial ekspor minyak solar hingga akhir tahun, serta memperpanjang larangan ekspor bensin. Kebijakan ini muncul setelah serangkaian serangan drone Ukraina terhadap kilang-kilang minyak Rusia.
Namun, sebagian penguatan harga tertahan setelah Biro Analisis Ekonomi Amerika melaporkan produk domestik bruto (PDB) kuartal II tumbuh 3,8% (tahunan), lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
"Reaksi awal terhadap hal itu adalah aksi jual," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.
Data ekonomi yang lebih kuat berpotensi membuat Federal Reserve lebih berhati-hati memangkas suku bunga, meski pekan lalu menurunkan suku bunga 25 basis poin untuk pertama kalinya sejak Desember lalu.
Selain itu, tekanan juga datang dari ekspektasi tambahan pasokan minyak. Pemerintah Regional Kurdistan, Kamis, mengumumkan ekspor minyak akan kembali dilanjutkan dalam 48 jam, menyusul kesepakatan dengan Kementerian Perminyakan Irak dan perusahaan produsen.
"Kembalinya pasokan dari Kurdistan memicu kekhawatiran kembali soal potensi kelebihan pasokan, sehingga harga minyak tertahan meski masih berada dekat level tertinggi tujuh pekan," ujar Priyanka Sachdeva, analis Phillip Nova. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest