Dolar Berkibar Usai Data PDB, Prospek Pemangkasan Suku Bunga AS Bisa Tertahan

• Dolar menguat terhadap yen, euro, dan franc Swiss setelah data menunjukkan PDB kuartal II AS tumbuh 3,8%, lebih tinggi dari estimasi awal 3,3%, sehingga menekan ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed lebih lanjut.
• Indeks DXY naik 0,68% ke 98,50, tertinggi dua pekan, sementara yield Treasury 10 tahun meningkat ke 4,172% dan yield 2 tahun ke 3,661%.
• Pejabat the Fed memberi pandangan beragam: sebagian mendukung pemangkasan lanjutan untuk menjaga pasar kerja, sementara lainnya menekankan risiko inflasi, menandakan kebijakan moneter akan bergantung pada data ekonomi mendatang.

Ipotnews - Nilai tukar dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang utama, Kamis, setelah data ekonomi menunjukkan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat tumbuh lebih tinggi dari perkiraan, memperkecil ruang bagi Federal Reserve untuk segera memangkas suku bunga lebih lanjut.
Departemen Perdagangan Amerika melaporkan PDB kuartal II-2025 naik 3,8% (tahunan), lebih tinggi dari estimasi awal 3,3%. Revisi ini mengejutkan ekonom yang sebelumnya tidak memperkirakan adanya kenaikan, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (25/9) atau Jumat (26/9) pagi WIB.
Dolar menguat 0,58% versus yen Jepang, menjadi 149,77, melesat ke level tertinggi sejak 1 Agustus.
Euro menyentuh level terendah dua pekan terhadap dolar AS, dan terakhir diperdagangkan turun 0,66% menjadi USD1,1659.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur kinerja greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, naik 0,68% menjadi 98,50, menyentuh level tertinggi dua pekan.
"Banyak pelaku pasar memegang posisi short dolar, tetapi data terbaru menunjukkan kondisi output lebih kuat meski pasar tenaga kerja melemah. Hal ini membuat proyeksi suku bunga kami tetap lebih tinggi dibanding pasar," kata Steve Englander, Kepala Riset FX G10 Global Standard Chartered Bank.
Kenaikan dolar juga ditopang oleh pergerakan imbal hasil US Treasury. Yield surat utang bertenor 10 tahun meningkat 2,5 basis poin menjadi 4,172%, sementara tenor 2 tahun melonjak 6,3 basis poin ke posisi 3,661%.
Trader mengantisipasi setidaknya dua penurunan suku bunga dalam dua pertemuan the Fed yang tersisa tahun ini, meski komentar dari pembuat kebijakan termasuk Chairman Jerome Powell menunjukkan banyak hal akan bergantung pada data ekonomi mendatang.
Sejumlah pejabat the Fed memberi pandangan berbeda terkait arah kebijakan. Presiden The Fed Kansas City Jeffrey Schmid mendukung pemangkasan suku bunga untuk menjaga pasar tenaga kerja tetap solid. Namun Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee mengingatkan inflasi masih di atas target, sehingga pelonggaran tidak boleh dilakukan terlalu agresif. Sementara itu, pejabat baru The Fed Stephen Miran mendorong pemangkasan yang lebih tajam untuk mencegah keruntuhan pasar kerja.
"Sejujurnya, the Fed memiliki kekhawatiran tentang seberapa cepat kita ingin memangkas suku bunga. Biasanya, ketika pasar tenaga kerja selemah ini, kita akan mengatakan itu semua karena permintaan," kata Englander.
"Dan jika permintaan melemah, itu berarti perlu pemangkasan suku bunga. Dalam hal ini, mereka harus mempertimbangkan kemungkinan adanya guncangan pasokan yang positif, yang berarti mereka harus berhati-hati dalam memotong suku bunga."
Di Eropa, dolar juga menguat terhadap franc Swiss setelah Swiss National Bank (SNB) mempertahankan suku bunga acuan di level 0% sesuai ekspektasi. SNB memperingatkan bahwa kebijakan tarif impor AS yang digulirkan Presiden Donald Trump berpotensi membebani prospek ekonomi Swiss menuju 2026. Greenback tercatat menguat 0,60% terhadap franc ke level 0,80, tertinggi dalam dua pekan.
"Meski dolar menghadapi sejumlah sentimen bearish dalam beberapa bulan terakhir, ketahanannya justru semakin menonjol dan kini menjadi perdebatan hangat di kalangan investor," tulis analis Barclays dalam catatan riset. (Reuters/AI)

Sumber : Admin