- Harga CPO Malaysia naik 0,43% menjadi 4.415 ringgit per ton didorong lonjakan ekspor sebesar 11,3%-12,9% pada 1-25 September.
- Harga tertekan penurunan minyak nabati pesaing, merosotnya harga minyak mentah global, dan penguatan ringgit 0,21%.
- Permintaan global tetap kuat, dengan proyeksi impor India melonjak 4,6% dan harga CPO serta minyak kedelai diperkirakan naik USD100-150 per ton pada awal 2026.
Ipotnews - Harga minyak sawit mentah (CPO) berjangka Malaysia menguat, Senin, seiring meningkatnya permintaan ekspor dalam beberapa pekan terakhir yang mendongkrak kepercayaan pelaku pasar.
Kontrak acuan CPO untuk pengiriman Desember di Bursa Derivatif Malaysia Exchange naik 19 ringgit atau 0,43% menjadi 4.415 ringgit (USD1.048,69) per metrik ton saat jeda tengah hari, setelah merosot 0,97% pada sesi sebelumnya, demikian laporan Reuters, di Kuala Lumpur, Senin (29/9).
David Ng, trader Iceberg X Sdn Bhd, yang berbasis di Kuala Lumpur, mengatakan kinerja ekspor yang kuat menjadi penopang utama sentimen positif pasar saat ini.
Berdasarkan estimasi lembaga survei kargo, ekspor produk minyak sawit Malaysia sepanjang 1-25 September melonjak antara 11,3% hingga 12,9% dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya. Data ekspor penuh untuk September dijadwalkan akan dirilis Selasa (30/9).
Di sisi lain, harga minyak nabati pesaing mengalami penurunan. Kontrak minyak kedelai (soyoil) paling aktif di Bursa Dalian melemah 0,37%, sementara kontrak minyak sawitnya melorot 0,28%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade juga terkoreksi 0,2%.
Harga CPO cenderung mengikuti pergerakan harga minyak pesaing lainnya karena berkompetisi memperebutkan pangsa minyak nabati (vegetable oil) global.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia merosot hampir 1% setelah wilayah Kurdistan di Irak kembali mengekspor minyak melalui Turki, akhir pekan lalu, ditambah rencana OPEC + untuk meningkatkan output pada November yang diperkirakan menambah pasokan global.
Penurunan harga minyak mentah ini membuat CPO menjadi kurang menarik sebagai bahan baku biodiesel.
Penguatan nilai tukar ringgit sebesar 0,21% terhadap dolar AS turut memberikan tekanan terhadap harga sawit, karena menjadikan komoditas tersebut lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Meski demikian, prospek permintaan global tetap positif. Analis industri Dorab Mistry memperkirakan impor minyak nabati India pada tahun pemasaran 2025/2026 akan melesat 4,6% menjadi rekor 17,1 juta metrik ton, didorong lonjakan pembelian CPO oleh negara konsumen terbesar dunia tersebut.
Analis lainnya, Thomas Mielke, memperkirakan harga global minyak sawit dan minyak kedelai akan naik USD100-150 per metrik ton antara Januari hingga Juni 2026 akibat pasokan yang diprediksi mengetat.
Secara teknikal, analis Reuters , Wang Tao, menyatakan harga CPO berpotensi turun ke kisaran 4.342 hingga 4.366 ringgit per metrik ton setelah gagal menembus level resistance di 4.479 ringgit. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.


Tải thất bại ()