- Rupiah diperdagangkan di Rp16.685 per dolar AS, melemah 0,29% dengan rentang harian Rp16.636 – Rp16.710.
- Data domestik masih beragam: inflasi naik ke 2,65%, surplus perdagangan kuat di $5,49 miliar, namun ekspor melambat akibat tarif AS.
- Fokus penggerak arah berikutnya adalah Laporan ketenagakerjaan ADP dan PMI Manufaktur ISM.
Nilai tukar rupiah pada Rabu diperdagangkan di kisaran Rp16.685 per dolar AS, melemah 0,29% atau terkoreksi 49 poin dari posisi penutupan sehari sebelumnya di Rp16.665. Sepanjang sesi pagi hingga menjelang Eropa, rupiah bergerak fluktuatif dengan level tertinggi tercatat di Rp16.710 dan terendah di Rp16.636, mencerminkan masih kuatnya tekanan eksternal di tengah kewaspadaan investor menunggu rilis data ketenagakerjaan ADP dan PMI manufaktur ISM AS malam ini.
Dengan volatilitas yang cukup terjaga, pasangan mata uang USD/IDR diprakirakan bergerak dalam rentang Rp16.630 – Rp16.720 pada perdagangan hari ini. Rentang ini mempertimbangkan level teknis harian yang terbentuk, dengan area Rp16.630 menjadi support sementara dan Rp16.720 sebagai potensi resistance terdekat.
Dari sisi global, indeks dolar AS (DXY) melanjutkan pelemahan sejak akhir pekan lalu dan kini berada di 97,52, turun 0,28% dibanding penutupan sebelumnya, di tengah bayang-bayang shutdown pemerintahan AS. Dalam perdagangan harian, DXY sempat menyentuh level tertinggi 97,88 dan terendah 97,50, menunjukkan tekanan jual masih membatasi ruang penguatan.
Secara keseluruhan, pergerakan rupiah masih mencerminkan dominasi tekanan eksternal, terutama dari ekspektasi kebijakan moneter AS. Namun, data domestik yang menunjukkan inflasi tahunan naik pada September serta surplus perdagangan yang tetap kuat memberi sedikit bantalan bagi rupiah di tengah volatilitas global.
Data Indonesia: Inflasi Naik, PMI Melemah, Ekspor Tertekan Tarif AS
Data ekonomi Indonesia pada Rabu, 1 Oktober 2025, menunjukkan dinamika beragam. Inflasi tahunan September naik ke 2,65% dari 2,31%, melampaui konsensus 2,50%. Inflasi inti tercatat stabil di 2,19%, nyaris sesuai prakiraan. Secara bulanan, inflasi bergerak positif 0,21% setelah -0,08% pada bulan sebelumnya.
Dari sisi Manufaktur, PMI Manufaktur S&P Global melemah ke 50,4 dari sebelumnya 51,5, menandakan aktivitas manufaktur masih ekspansif meski melambat.
Pada perdagangan luar negeri, Neraca perdagangan Agustus mencatat surplus cukup besar sebesar $5,49 miliar, meningkat dibanding bulan sebelumnya ($4,18 miliar) dan jauh di atas konsensus ($4 miliar). Impor turun 6,56% setelah kontraksi 5,86% pada bulan sebelumnya, lebih dalam dari konsensus -2%, menunjukkan lemahnya permintaan domestik.
Sebaliknya, ekspor Agustus tumbuh 5,78% (YoY) – terlemah dalam empat bulan, melambat tajam dari 9,86% sebelumnya, meski lebih baik dari ekspektasi 5%. Perlambatan ekspor ini memberikan sinyal bahwa arus barang ke Amerika Serikat mulai tertekan setelah tarif baru Presiden Donald Trump diberlakukan awal bulan itu. Lonjakan surplus perdagangan yang tercatat pada periode sebelumnya sebagian besar dipicu oleh percepatan pengiriman ke AS sebelum tenggat 7 Agustus, ketika eksportir berupaya mendahului kenaikan bea masuk. Kini, tren ekspor menunjukkan dampak nyata dari hambatan perdagangan tersebut.
Sementara itu, sektor pariwisata masih mencatat pertumbuhan kuat. Kunjungan wisatawan mancanegara Agustus meningkat 12,33% (YoY), meski sedikit di bawah kenaikan 13,01% pada bulan sebelumnya.
Data AS: Perumahan Melemah, Konsumen Loyo, The Fed Pilih Sikap Hati-Hati
Arah ekonomi Amerika Serikat kembali memberi sinyal campuran. Data Selasa malam (30/9) memperlihatkan bahwa indeks harga perumahan Juli justru turun 0,1% (mom), bertolak belakang dengan konsensus kenaikan 0,1%. Kontraksi semakin jelas terlihat di sektor manufaktur regional, dengan PMI Chicago merosot ke 40,6, lebih rendah dari ekspektasi 43 dan di bawah 41,4 bulan sebelumnya.
Di sisi lain, pasar tenaga kerja masih ketat. Laporan JOLTS Agustus mencatat lowongan stabil di 7,227 juta, nyaris sesuai ekspektasi 7,2 juta. Namun dari sektor konsumsi, indeks kepercayaan konsumen Conference Board turun tajam ke 94,2 dari revisi 97,8 pada bulan sebelumnya. Pelemahan ini menyiratkan berkurangnya optimisme rumah tangga, sehingga dorongan bagi pemulihan belanja mulai kehilangan tenaga.
Sejumlah pejabat Federal Reserve menegaskan perlunya sikap hati-hati. Presiden The Fed Lorie Logan memprakirakan inflasi bisa naik ke 2,4% tanpa faktor tarif, dan menilai pasar tenaga kerja masih butuh kelonggaran. Dari Boston, Susan Collins membuka ruang pemangkasan suku bunga bertahap bila ekonomi tetap seimbang, meski mengingatkan bahaya inflasi jika langkah terlalu agresif. Sementara itu, Austan Goolsbee menilai penutupan (shutdown) pemerintah singkat hanya memberi dampak terbatas, dengan tarif baru cenderung memicu inflasi sekali saja. Wakil Ketua The Fed Philip Jefferson menambahkan bahwa pasar tenaga kerja mulai melemah, dengan disinflasi berlanjut tahun depan dan pertumbuhan sekitar 1,5% pada sisa 2025.
Shutdown Pemerintah AS Tambah Ketidakpastian, Trump Tekan Oposisi di Tengah Tarif Baru
Pandangan tersebut muncul di tengah realitas politik yang semakin menekan pasar. Pemerintah federal AS resmi shutdown mulai Rabu setelah negosiasi anggaran gagal dan dua pemungutan suara Senat tak menghasilkan kesepakatan. Ratusan ribu pegawai dirumahkan, sebagian layanan publik terhenti, dan rilis data ekonomi, termasuk laporan ketenagakerjaan Jumat, berpotensi ditunda selama penutupan berlangsung.
Presiden Donald Trump menyebut penutupan ini bisa dimanfaatkan untuk menyingkirkan “hal-hal yang tidak diinginkan,” sekaligus menekan oposisi. Investor kini menunggu seberapa lama kebuntuan berlangsung, sementara tarif baru – bea 100% untuk produk farmasi tertentu dan 25% untuk truk berat – juga mulai berlaku, menambah ketidakpastian pasar.
Pasar Tunggu Rilis ADP dan ISM, Data Malam Ini Jadi Ujian Ketenagakerjaan dan Manufaktur AS
Pasar kini menanti rilis data Rabu malam yang diprakirakan memberi konfirmasi arah. Laporan ketenagakerjaan ADP September diproyeksikan menambah 50 ribu tenaga kerja, turun dari 54 ribu bulan sebelumnya. Dari sektor manufaktur, indikator ISM akan menjadi sorotan: harga diprakirakan stabil di 63,2, indeks ketenagakerjaan di 43,8, pesanan baru di 51,4, serta PMI Manufaktur ISM yang diproyeksikan melemah ke 49 dari 48,7.
Data ini akan memberi sinyal penting mengenai ketahanan pasar tenaga kerja dan kekuatan industri AS di tengah bayang-bayang kebijakan moneter dan hambatan tarif perdagangan. Hasil yang lebih lemah akan membuka ruang konsolidasi bagi rupiah, sementara data yang lebih kuat akan mempertegas dominasi dolar.
Indikator Ekonomi
Perubahan Ketenagakerjaan ADP
Perubahan Ketenagakerjaan ADP merupakan pengukur ketenagakerjaan di sektor swasta yang dirilis oleh pemroses payrolls terbesar di AS, Automatic Data Processing Inc. Alat ini mengukur perubahan jumlah orang yang bekerja secara swasta di AS. Secara umum, kenaikan indikator ini memiliki implikasi positif bagi belanja konsumen dan merupakan stimulator pertumbuhan ekonomi. Jadi, pembacaan yang tinggi secara tradisional dianggap sebagai bullish bagi Dolar AS (USD), sementara pembacaan yang rendah dianggap bearish.
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Rab Okt 01, 2025 12.15
Frekuensi: Bulanan
Konsensus: 50Rb
Sebelumnya: 54Rb
Sumber: ADP Research Institute
Pedagang sering mempertimbangkan data ketenagakerjaan dari ADP, penyedia payrolls terbesar di Amerika ini, melaporkan sebagai pertanda dari rilis Biro Statistik Tenaga Kerja tentang Nonfarm Payrolls (biasanya diterbitkan dua hari kemudian), karena korelasi antara keduanya. Terjadinya tumpang tindih kedua seri tersebut cukup tinggi, tetapi pada bulan-bulan tertentu, perbedaannya bisa sangat besar. Alasan lain pedagang Valas mengikuti laporan ini sama dengan NFP – pertumbuhan angka ketenagakerjaan yang kuat dan terus-menerus meningkatkan tekanan inflasi, dan bersamaan dengan itu, kemungkinan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga. Angka aktual yang mengalahkan konsensus cenderung membuat USD bullish.
Được in lại từ FXStreet_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.



Tải thất bại ()