Inflasi Terkendali dan Perdagangan RI Surplus, Rupiah Menguat Namun Tipis

avatar
· Views 22
  • Rupiah menguat tipis ke level Rp16.635 per dolar AS pada Rabu (1/10), terdorong pelemahan indeks dolar akibat shutdown pemerintahan AS.
  • Shutdown AS memicu ketidakpastian fiskal dan berpotensi menunda rilis data ketenagakerjaan penting, termasuk non-farm payrolls September.
  • Dari dalam negeri, surplus perdagangan Agustus 2025 sebesar USD5,49 miliar dan inflasi yang terkendali menopang rupiah, meski PMI manufaktur melemah ke 50,4.

Ipotnews - Kurs rupiah berhasil ditutup menguat tipis pada perdagangan awal Oktober 2025, di tengah tekanan eksternal berupa penutupan pemerintahan (shutdown) Amerika Serikat.
Mengutip data Bloomberg pada Rabu (1/10) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.635 per dolar AS, posisi tersebut menguat 29 poin atau 0,18% dibandingkan Selasa sore (30/9) kemarin di level Rp16.664 per dolar AS.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai sentimen utama yang menggerakkan rupiah hari ini adalah melemahnya indeks dolar AS akibat ketidakpastian fiskal di Negeri Paman Sam.
"Shutdown pemerintahan AS memberi tekanan pada dolar karena meningkatkan kekhawatiran investor terhadap kinerja ekonomi dan potensi keterlambatan rilis data penting," kata Ibrahim dalam siaran pers sore ini.
Seperti diketahui, pemerintahan federal AS yang dipimpin Presiden Donald Trump resmi berhenti beroperasi pada Rabu dini hari waktu setempat. Kongres gagal meloloskan rancangan undang-undang pendanaan sementara, lantaran Partai Republik dan Demokrat tetap bersikukuh pada posisi masing-masing. Shutdown ini menjadi yang pertama sejak 2018.
Akibat penutupan tersebut, rilis data ketenagakerjaan AS, termasuk non-farm payrolls September yang sejatinya dijadwalkan Jumat mendatang, berpotensi tertunda. Pasar sebelumnya menunggu data ini untuk memastikan arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve.
Dari dalam negeri, sejumlah data ekonomi terbaru memberi angin segar bagi rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Agustus 2025 sebesar USD5,49 miliar, melanjutkan tren surplus selama 64 bulan beruntun. Sementara inflasi September tercatat 0,21% secara bulanan dan 2,65% secara tahunan.
Meski demikian, tantangan masih ada. Aktivitas manufaktur Indonesia pada September melambat, dengan PMI versi S&P Global turun menjadi 50,4 dari 51,5 pada Agustus. Meski melemah, indeks ini masih berada di zona ekspansi.
Menurut Ibrahim, kombinasi faktor eksternal dan internal membuat pergerakan rupiah masih berpotensi fluktuatif dalam jangka pendek. "Shutdown AS bisa memberi tekanan tambahan jika berlangsung lama, namun surplus perdagangan dan inflasi yang terkendali memberi bantalan positif bagi rupiah," ujar Ibrahim.(Adhitya/AI)

Sumber : admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest