Pasar Telaah Dampak Shutdown dan Arah Kebijakan The Fed, Greenback Mendatar

• Dolar AS tertahan setelah Mahkamah Agung tunda keputusan soal pemecatan Gubernur Fed Lisa Cook.
• Penutupan pemerintahan AS hambat rilis data ekonomi, pasar yakin pemangkasan suku bunga the Fed makin dekat.
• Dolar melemah tipis; emas turun, sementara dolar Australia dan kiwi lanjut menguat.

Ipotnews - Dolar AS gagal menghentikan penurunan empat hari beruntun, Kamis, setelah Mahkamah Agung Amerika mengumumkan akan mendengarkan argumen terkait upaya Presiden Donald Trump untuk memberhentikan Gubernur Federal Reserve, Lisa Cook.
Keputusan ini membuat Cook tetap menjabat untuk sementara waktu, meredakan kekhawatiran atas independensi bank sentral, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Kamis (2/10).
Analis IG di Sydney, Tony Sycamore, menilai isu seputar independensi Federal Reserve kini tidak lagi menjadi kekhawatiran utama dalam waktu dekat.
Meski sempat menguat di awal perdagangan, Indeks Dolar (Indeks DXY)--yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama--akhirnya mendatar di level 97,74 setelah sempat naik tipis 0,1%.
Pasar keuangan kini terfokus pada lamanya penghentian aktivitas pemerintahan (government shutdown) Amerika Serikat, dampaknya terhadap rilis data ekonomi resmi, serta bagaimana hal itu akan memengaruhi arah kebijakan moneter the Fed.
Shutdown menyebabkan terhentinya sebagian besar publikasi data ekonomi pemerintah di tengah situasi politik yang tidak menentu. Pemerintahan Trump juga membekukan dana sebesar USD26 miliar untuk negara bagian yang dikuasai Partai Demokrat, memperlihatkan penggunaan shutdown sebagai alat tekanan politik.
Situs prediksi Polymarket menunjukkan kemungkinan terbesar kebuntuan akan berlangsung antara satu hingga dua minggu, meski terdapat probabilitas 34% bahwa shutdown akan berlangsung lebih lama, dengan total taruhan lebih dari USD1,2 juta.
Minimnya data resmi membuat pelaku pasar mencermati laporan sektor swasta dari ADP yang memperlihatkan penyusutan tak terduga sebesar 32.000 pekerjaan pada bulan lalu, setelah revisi turun 3.000 pada Agustus.
Laporan ini menjadi fokus karena data ketenagakerjaan resmi dari Departemen Tenaga Kerja untuk periode September tidak akan dirilis akibat penutupan pemerintahan.
Di sisi lain, aktivitas manufaktur AS tercatat naik sedikit pada September. Namun, komponen pesanan baru dan perekrutan masih lemah karena tekanan dari kebijakan tarif Trump yang masih membayangi sektor industri.
Pasar kini hampir sepenuhnya memperkirakan pemangkasan suku bunga oleh the Fed pada pertemuan Oktober, dengan probabilitas mencapai 99 persen untuk pemotongan 25 basis poin, naik dari 96,2 persen sehari sebelumnya, menurut FedWatch Tool CME Group.
Harga emas yang sempat melejit ke rekor tertinggi karena depresiasi dolar turun 0,1% menjadi USD3.863 per ons pada awal perdagangan Kamis.
Di pasar valuta asing, dolar AS menguat tipis 0,1 persen versus yen menjadi 147,18 yen, dan naik 0,1 persen terhadap yuan offshore njadi 7,1321 yuan menjelang pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Trump dalam empat minggu ke depan.
Trump menyatakan melalui  Truth Social  bahwa pembelian kedelai akan menjadi salah satu topik utama dalam pertemuan tersebut. Sementara itu, pasar China tutup karena libur panjang Golden Week.
Euro stabil di posisi USD1,1733 setelah laporan  Wall Street Journal  menyebut Amerika akan menyediakan intelijen untuk mendukung Ukraina dalam melancarkan serangan rudal jarak jauh ke infrastruktur energi Rusia.
Poundsterling juga tak berubah di level USD1,3474. Dolar Australia naik 0,1 persen menjadi USD0,6617 setelah data menunjukkan belanja rumah tangga hanya tumbuh tipis pada Agustus. Dolar Selandia Baru (kiwi) melanjutkan penguatan untuk hari kelima berturut-turut, naik 0,2 persen ke posisi USD0,5828.
Pasar keuangan global kini bergerak dalam ketidakpastian, dengan pelaku pasar mencermati arah kebijakan moneter di tengah keterbatasan data dan dinamika politik yang terus berkembang. (Reuters/AI)

Sumber : Admin