Emas Dekati Rekor, Disokong Prospek Pelonggaran The Fed dan Shutdown AS

• Harga emas naik tipis 0,20% ke USD3.874,41 per ons, bertahan dekat rekor tertinggi, didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed dan ketidakpastian akibat shutdown AS.
• Data ketenagakerjaan yang lemah memperkuat spekulasi pelonggaran kebijakan moneter, menekan dolar AS dan meningkatkan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.
• Minat spekulatif meningkat, ETF emas terbesar SPDR Gold Trust naik ke level tertinggi sejak Juli 2022; Goldman Sachs prediksi harga emas bisa tembus USD4.300 per ons pada akhir 2026.

Ipotnews - Harga emas naik tipis, Kamis, tetap bertahan dekat rekor tertinggi yang tercatat sehari sebelumnya, didorong meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga AS dan ketidakpastian politik akibat penutupan pemerintahan (government shutdown).
Emas spot menguat 0,20% menjadi USD3.874,41 per ons pada pukul 14.20 WIB, meski masih di bawah rekor sepanjang masa yang tercapai pada sesi Rabu, yakni USD3.895,09, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Bengaluru, Kamis (2/10).
Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat untuk kontrak pengiriman Desember melemah 0,02% menjadi USD3.896,80 per ons.
Analis City Index, Matt Simpson, mengatakan data ketenagakerjaan ADP yang lemah menjelang rilis laporan ketenagakerjaan non-pertanian Amerika mendorong kembali spekulasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve, sehingga menekan dolar AS dan memperkuat posisi emas sebagai aset lindung nilai.
Dia juga menambahkan bahwa penutupan pemerintahan Amerika turut memperkuat daya tarik logam kuning.
"Posisi pasar berjangka menunjukkan spekulan besar dan manajer dana masih aktif mengejar penguatan harga, dengan peningkatan eksposur net-long, meski belum berada pada level ekstrem," kata Simpson.
Data yang dirilis Rabu menunjukkan sektor swasta Amerika kehilangan 32.000 pekerjaan sepanjang September, setelah penurunan 3.000 yang direvisi turun untuk Agustus.
Di tengah angka ketenagakerjaan yang lesu, penutupan pemerintahan AS semakin memperburuk sentimen pasar, dengan ribuan pekerjaan federal kini berisiko akibat kegagalan Kongres dan Gedung Putih mencapai kesepakatan anggaran.
Shutdown ini juga berpotensi menunda publikasi berbagai indikator ekonomi penting, termasuk laporan ketenagakerjaan non-pertanian yang sangat ditunggu dan seharusnya dirilis Jumat ini.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, menyatakan kekhawatirannya terhadap inflasi yang belum sepenuhnya terkendali, sehingga dia menyarankan kehati-hatian dalam mengambil langkah pemangkasan suku bunga.
Namun demikian, pasar tetap memperkirakan kemungkinan hampir pasti akan ada pemangkasan suku bunga 25 basis poin dalam pertemuan the Fed bulan ini, berdasarkan proyeksi FedWatch Tool CME Group.
Emas yang dikenal sebagai aset safe haven cenderung menguat dalam kondisi ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, serta di lingkungan suku bunga rendah.
Bank investasi Goldman Sachs dalam catatannya menyatakan risiko kenaikan harga emas melewati proyeksi mereka untuk pertengahan 2026 sebesar USD4.000 per ons, dan USD4.300 pada akhir 2026, kini semakin besar. Faktor pendorong utamanya adalah meningkatnya minat spekulatif dan lonjakan besar pada kepemilikan ETF emas di Barat.
SPDR Gold Trust, ETF emas terbesar di dunia, melaporkan kepemilikannya naik 0,59 persen dari Selasa menjadi 1.018,89 ton metrik pada Rabu, level tertinggi sejak Juli 2022.
Logam mulia lainnya, harga perak spot naik 0,1 persen menjadi USD47,38 per ons, platinum menguat 0,7% ke USD1.567,41, dan paladium melambung 2,4% jadi USD1.274,68. (Reuters/Bloomberg/AI)

Sumber : Admin