Emas Antam Turun Tipis, Global Terkoreksi setelah Cetak Rekor Baru, ANTM Melemah

• Emas Antam 1 gr turun Rp2.000 ke Rp2.235.000, tapi masih naik 21,7% dalam 6 bulan.
• Emas global stabil di USD 3.866; saham ANTM melemah 3,1% ke Rp3.210.
• Pasar waspada shutdown AS, data tenaga kerja lemah, dan sikap hati-hati The Fed.

Harga emas batangan Antam 1 gram pada Kamis tercatat Rp2.235.000, turun tipis Rp2.000 dari posisi Rabu di Rp2.237.000. Dalam enam bulan terakhir, logam mulia produksi Antam ini tetap menguat 21,7%, mengikuti tren emas global yang terus menanjak hingga mencetak rekor All Time High (ATH) di USD 3.895. Pada sesi Eropa, harga emas dunia bergerak stabil di kisaran USD 3.866 per ons, setelah sempat menyentuh puncak dalam perdagangan harian USD 3.874. Sebaliknya, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) melemah ke Rp3.210, turun 3,1% dari penutupan sebelumnya, dengan rentang perdagangan harian Rp3.100-Rp3.200.

Sentimen global tetap mendukung permintaan emas sebagai aset lindung nilai, terutama di tengah ketidakpastian pasar akibat shutdown pemerintah AS, data tenaga kerja yang lemah, dan kebijakan The Fed yang lebih berhati-hati.

Ekonom Senior UOB Group, Alvin Liew, menilai dampak shutdown signifikan: “Sekitar 750.000 pegawai federal mungkin akan dirumahkan, mengakibatkan kerugian USD400 juta per hari, sementara rilis data ekonomi utama tertunda dan bisa membayangi keputusan FOMC bulan Oktober.” Ia menambahkan, “Meski pasar masih tenang karena preseden penutupan biasanya singkat, situasi bisa memburuk jika terjadi pemecatan massal, apalagi hingga kini belum ada terobosan politik yang jelas.”

Dari data ekonomi, Perubahan Ketenagakerjaan ADP untuk September turun 32 ribu lapangan kerja, berbanding terbalik dengan konsensus yang memprakirakan kenaikan 50 ribu. Sementara itu, PMI Manufaktur ISM naik tipis ke 49,1, sedikit di atas konsensus 49 dan lebih tinggi dari bulan sebelumnya di 48,7, meski masih di bawah level ekspansi.

Menanggapi kondisi ini, Presiden The Fed Dallas Lorie Logan menegaskan akan berhati-hati dalam pemangkasan suku bunga lebih lanjut, menilai inflasi bisa naik ke 2,4% tanpa dampak tarif, dan kemungkinan butuh pelemahan pasar tenaga kerja agar target 2% tercapai. Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, mendukung pemangkasan suku bunga tetapi khawatir inflasi bisa berbalik naik, meski tetap menilai dampak tarif tidak permanen.

Malam ini, pasar akan mencermati rilis PHK Challenger September, data Klaim Tunjangan Pengangguran Awal (Initial Jobless Claims) yang diprakirakan naik menjadi 223 ribu dari 218 ribu, serta Factory Orders Agustus yang diproyeksikan tumbuh 1,4% setelah kontraksi 1,3%. Data ini diharapkan menjadi katalis penting bagi arah dolar AS dan rupiah dalam jangka pendek.

Prospek Harga Emas (XAU/USD)

Pergerakan emas masih mempertahankan tren naik tajam sejak akhir Agustus, meskipun indikator RSI yang berada di 81,07 mengindikasikan kondisi jenuh beli (overbought) yang berpotensi memicu koreksi teknis.

Dari sisi teknis, harga emas ditopang tren naik jangka pendek dengan support terdekat di kisaran USD 3.800-3.770, sementara area support kuat terlihat di sekitar USD 3.575 (EMA 50) dan USD 3.229 (EMA 200). Selama bertahan di atas garis tren naik, peluang penguatan tetap terbuka, dengan target psikologis berikutnya di area USD 3.900-4.000.

Menurut Haresh Menghani, Analis Pasar Keuangan dan Penyunting Berita FXStreet, "Jika terjadi pelemahan, emas berpotensi menemukan support di area $3.825-3.820, dengan risiko koreksi lebih dalam jika menembus $3.800, membuka peluang penurunan ke $3.758–3.757, lalu $3.735, sebelum menguji level psikologis $3.700."