Beberapa Saham Fundamental Kuat Berada di Level Oversold, bisa Menjadi Peluang Taktis - Ashmore

avatar
· Views 49
  • IHSG naik ke 8.118 meski arus keluar ekuitSinvestor asing keluar USD198 juta, dengan sektor Bahan Dasar dan Teknologi unggul, sementara Transportasi & Logistik serta Kesehatan melemah.
  • Shutdown pemerintah AS menunda rilis data ekonomi, memicu kekhawatiran pasar meski proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed tetap ada.
  • Rupiah menguat ke Rp16.540, yield obligasi tenor pendek turun, sementara saham berfundamental kuat dinilai menarik di tengah valuasi tertekan.

Ipotnews - bursa saham Indonesia mengakhiri sesi perdagangan pekan pertama Oktober 2025, Jumat (3/10) dengan mencatatkan kenaikan IHSG sebesar 0,59% ke level 8.118 yang juga lebih tinggi dari sesi penutupan pekan sebelumnya di posisi 8.099. Kendati demikian, secara mingguan investor asing mencatatkan arus keluar ekuitas sebesar USD198 juta.
 Weekly Commentary  PT Ashmore Asset Management Indonesia mencatat beberapa peristiwa penting sepanjang pekan, antara lain;
Beberapa Saham Fundamental Kuat Berada di Level Oversold, bisa Menjadi Peluang Taktis - Ashmore
Apa yang terjadi dalam sepekan terakhir?
Ashmore mencatat sektor yang berkinerja baik adalah Bahan Dasar dan Teknologi yang masing-masing melonjak +5,88% dan +4,97%. Sementara sektor yang tertinggal adalah Transportasi & Logistik dan Kesehatan yang masing-masing anjlok -4,39% dan -1,57%.
Aset dengan kinerja terbaik minggu ini adalah Bitcoin (+9,97%) dan Indeks Hang Seng (+3,88%), sedangkan terjadi koreksi pada harga Minyak Mentah (-7,73%) dan Indeks LQ45 (-2,17%).
Ashmore juga mencatat, data lowongan kerja AS sesuai dengan konsensus, dengan kenaikan di sektor kesehatan & bantuan sosial serta sektor rekreasi & perhotelan. Sementara itu, PMI manufaktur membaik dan sedikit di atas perkiraan, namun tetap berada di area kontraksi selama tujuh bulan berturut-turut.
Di kawasan Eropa, inflasi utama dan inti tahunan sesuai ekspektasi, namun inflasi utama berada di level tertinggi sejak April, sedangkan inflasi inti tetap di level terendah sejak Oktober 2021. Tingkat pengangguran naik dari rekor terendah 6,2% bulan sebelumnya.
Di Jerman, inflasi utama tahunan melampaui konsensus ke level tertinggi sejak Desember 2024. Penjualan ritel tahunan mencatat pelemahan terdalam sejak Juli 2024 dan tingkat pengangguran tetap di level tertinggi sejak September 2020. Data tersebut, "menyoroti lemahnya ekonomi Jerman," tulis Ashmore.
Di Asia, Jepang mencatatkan tingkat kepercayaan konsumen dan bisnis terkuat pada tahun ini berkat berkurangnya kekhawatiran atas kesepakatan dagang dengan AS. Sementara itu, PMI manufaktur resmi NBS China tetap menunjukkan kontraksi untuk bulan keenam berturut-turut, meski lebih baik dari perkiraan.
Sementara itu, Indonesia merilis data inflasi tahunan yang lebih tinggi dari perkiraan dan mencapai level tertinggi sejak Mei 2024, terutama dipicu oleh harga pangan. Meski demikian, inflasi tetap berada dalam target bank sentral. Surplus perdagangan melebar ke level tertinggi sejak Oktober 2022 karena ekspor naik dan impor turun.
Shutdown Pemerintah AS
Ashmore menyoroti data lowongan kerja AS periode Agustus, yang dirilis pekan ini, yang sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun pasar masih menunggu kejelasan lebih lanjut dari data Non Farm Payrolls dan tingkat pengangguran yang dijadwalkan rilis hari ini. Pasar memperkirakan tingkat pengangguran tetap tinggi, mencerminkan lemahnya pasar tenaga kerja AS. "Selain data makro, berita utama minggu ini adalah terjadinya  government shutdown  di AS," ungkap Ashmore.
 Shutdown  terbaru terjadi pada 1 Oktober lalu setelah Kongres AS gagal mengesahkan pendanaan pemerintah, sehingga menunda operasional non-esensial dan menghambat rilis data ekonomi resmi. Negosiasi antara Partai Republik dan Demokrat masih berlangsung, namun keduanya tetap bersikeras sehingga status quo bisa berlanjut hingga pekan depan.
Sebagai catatan, Ashmore mengggarisbawahi bahwa pada Maret lalu Demokrat sempat mengalah pada tuntutan Trump karena menganggap presiden baru terlalu kuat, namun kini Demokrat melawan dengan fokus melindungi anggaran kesehatan. "Konsekuensi  shutdown  berkepanjangan diperkirakan menekan PDB sekitar 0,1% per minggu serta berpotensi memicu PHK permanen di sektor pemerintahan," sebut Ashmore
Ashmore mencatat,  shutdown  tahun 2018-2019 lalu menelan biaya sekitar USD5 miliar, dengan rata-rata durasi  shutdown  sebelumnya sekitar 8 hari. Kekhawatiran utama pasar bukan pada dampak langsung ke PDB, melainkan keterlambatan rilis data yang berpengaruh pada keputusan The Fed di FOMC bulan ini. Saat ini, pasar berjangka masih memproyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini, masing-masing pada Oktober dan Desember.
Sementara itu, Ashmore melihat, minggu ini Rupiah mendapat dukungan setelah pelemahan pekan lalu, dengan kurs berada di Rp16.540 pada penutupan pasar. Lonjakan pekan lalu dipicu oleh tingginya suku bunga deposito USD di bank BUMN yang mendorong permintaan dolar domestik. "Namun klarifikasi bahwa kebijakan tersebut bukan instruksi pemerintah telah meredakan dampaknya, dan investor kini menunggu detail lebih lanjut mengenai transmisi kebijakan likuiditas domestik," Ashmore menambahkan.
Investor asing terlihat berhati-hati, dengan sebagian besar arus keluar berasal dari saham likuid tradisional seperti perbankan besar, yang menekan harganya. Meski demikian, Ashmore berpendapat, beberapa saham fundamental kuat berada di level  oversold  dan bisa menjadi peluang taktis. "Kami tetap  overweight  pada saham-saham terpilih dan lebih menyukai kualitas di tengah valuasi tertekan," imbuh Ashmore.
Di sisi lain, yield obligasi terus turun terutama tenor pendek, dengan yield IndoGB 2Y kembali di bawah ambang 5% ke level 4,96%, sementara yield 10Y tetap relatif tinggi di 6,32%. Menurut Ashmore, trajektori suku bunga BI tahun ini kemungkinan masih akan ada setidaknya satu kali pemangkasan yang mendukung obligasi berdurasi pendek.
Namun memasuki tahun depan, Ashmore memperkiran, yield obligasi tenor panjang berpotensi ikut turun karena penerbitan obligasi diperkirakan tetap ketat. Kementerian Keuangan baru mendorong pemanfaatan saldo anggaran lebih dan cenderung tidak melakukan  front-loading  penerbitan obligasi, "sehingga investor bisa mempertimbangkan memperpanjang durasi untuk hasil optimal jangka menengah." (Ashmore)
Beberapa Saham Fundamental Kuat Berada di Level Oversold, bisa Menjadi Peluang Taktis - Ashmore

Sumber : Admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest