- Yen anjlok ke level terendah tujuh bulan setelah kemenangan Sanae Takaichi yang pro-belanja fiskal menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of Japan.
- Euro melemah akibat krisis politik di Prancis usai pengunduran diri perdana menteri yang mengancam stabilitas fiskal.
- Dolar AS stabil di tengah penutupan pemerintahan, dengan The Fed memberi sinyal potensi pelonggaran suku bunga.
Ipotnews - Kekhawatiran terhadap prospek fiskal Jepang menekan nilai tukar yen ke posisi terendah dalam lebih dari tujuh bulan terhadap dolar AS, Selasa, sementara ketidakpastian politik di Prancis turut membebani euro, di tengah perhatian investor terhadap kapan pemerintah Amerika Serikat akan kembali beroperasi penuh.
Pelemahan yen terjadi setelah kemenangan Sanae Takaichi dalam pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) Jepang pada akhir pekan lalu, demikian laporan Reuters, di New York, Selasa (7/10) atau Rabu (8/10) pagi WIB.
Takaichi, yang diperkirakan menjadi perdana menteri berikutnya, berjanji mendorong pertumbuhan ekonomi melalui belanja fiskal agresif dan kerap mengkritik kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan (BoJ).
"Akan ada periode di mana investor mencoba memahami bagaimana kebijakan Takaichi akan berdampak pada nilai tukar," ujar Lou Brien, analis DRW Trading di Chicago.
Data pasar uang menunjukkan peluang BoJ untuk menaikkan suku bunga pada rapat 30 Oktober turun menjadi 26%, dari sekitar 60% sebelum kemenangan Takaichi.
Dolar AS melonjak 1% menjadi 151,86 yen, dan sempat mencapai 151,93, level tertinggi sejak 19 Februari. Meski begitu, sejumlah analis menilai BoJ kemungkinan tetap akan melanjutkan siklus kenaikan suku bunga guna menekan inflasi yang masih tinggi.
"BoJ mungkin menahan diri bulan ini, tetapi pada Desember mereka akan mendapat lebih banyak data dan berpotensi kembali menaikkan suku bunga," kata Mohamad Al-Saraf, analis Danske Bank. "Inflasi masih terlalu tinggi dan suku bunga masih terlalu rendah, jadi peluang kenaikan tahun ini tetap ada."
Menteri Keuangan Jepang menyatakan pemerintah akan memantau dengan cermat pergerakan berlebihan di pasar valuta asing.
Di Eropa, euro berada dalam tekanan setelah Perdana Menteri Prancis mengundurkan diri, Senin (7/10). Kejadian ini menambah tekanan politik terhadap Presiden Emmanuel Macron dan menimbulkan keraguan atas komitmen Prancis atas konsolidasi fiskal.
Akibat kekosongan pemerintahan tersebut, Prancis kemungkinan tidak dapat mengajukan RAPBN 2026 tepat waktu dan harus mengesahkan undang-undang sementara agar belanja negara dapat berlanjut mulai 1 Januari.
Euro terakhir tercatat melemah 0,43% ke posisi USD1,1659.
Sementara Indeks Dolar AS (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, naik 0,46% menjadi 98,57.
Meski dolar AS sempat melorot sejak awal tahun karena kekhawatiran terhadap defisit fiskal, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump, pelemahannya berhenti sejak akhir Juni dan kini cenderung stabil terhadap mata uang utama lainnya.
Namun, Brien, memperkirakan dolar akan kembali melemah dalam beberapa bulan ke depan seiring memburuknya pasar tenaga kerja Amerika.
"Pasar tenaga kerja lebih lemah dari yang diperkirakan, dan kita kemungkinan akan memiliki Chairman Fed yang lebih dovish menggantikan Jerome Powell tahun depan. Kebijakan moneter juga mungkin akan lebih longgar dari perkiraan pasar," papar dia.
Brien menambahkan bahwa jika penutupan pemerintahan AS berlanjut, dampaknya terhadap ekonomi bisa menekan kinerja dolar lebih jauh.
Selasa, Presiden Trump mengumumkan rencana untuk menghapus sejumlah program pemerintah dan memangkas pekerjaan sebagai bagian dari kebijakan efisiensi selama penutupan berlangsung.
Akibat shutdown ini, laporan ketenagakerjaan AS untuk September tertunda, begitu pula dengan sejumlah rilis data ekonomi penting lainnya.
Sementara itu, survei Federal Reserve New York menunjukkan meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap prospek pasar tenaga kerja serta ekspektasi inflasi jangka pendek.
Gubernur The Fed Stephen Miran menilai inflasi masih terkendali dan ketenangan di pasar obligasi AS memberikan ruang bagi bank sentral untuk mempercepat pelonggaran suku bunga. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()