Pasar Cermati Kenaikan Output OPEC+ dan Risiko Surplus Pasokan, Minyak Flat

• Harga minyak bergerak stabil, dengan Brent turun tipis 0,03% ke USD65,45 per barel dan WTI naik 0,06% ke USD61,73, setelah OPEC + hanya meningkatkan output 137.000 bph pada November--lebih kecil dari perkiraan.
• Pasar menimbang risiko surplus pasokan global, seiring proyeksi kenaikan produksi AS ke rekor 13,53 juta bph dan stok minyak dunia yang terus meningkat menurut EIA dan JPMorgan.
• Faktor geopolitik seperti serangan drone ke kilang Kirishi Rusia serta ketegangan Rusia-Ukraina menjaga harga agar tidak jatuh terlalu dalam, sementara pasar menanti data stok minyak AS dari API.

Ipotnews - Harga minyak bergerak stabil, Selasa, seiring pelaku pasar menimbang keputusan OPEC + untuk menaikkan output lebih kecil dari perkiraan mulai November, di tengah kekhawatiran akan terjadinya kelebihan pasokan global.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun tipis 2 sen atau 0,03% menjadi USD65,45 per barel, demikian laporan  Reuters,  di Houston, Selasa (7/10) atau Rabu (8/10) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), naik 4 sen atau 0,06% menjadi USD61,73 per barel.
Kedua acuan minyak tersebut sebelumnya melesat lebih dari 1% pada perdagangan Senin, setelah OPEC +, yang mencakup anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak, Rusia, dan beberapa produsen kecil lainnya, memutuskan menaikkan produksi kolektif sebesar 137.000 barel per hari mulai bulan depan.
Keputusan itu lebih kecil dari ekspektasi pasar yang memperkirakan peningkatan lebih besar, mencerminkan sikap hati-hati kelompok produsen tersebut di tengah proyeksi adanya surplus pasokan global pada kuartal IV-2025 dan sepanjang tahun depan.
Menurut analis ING, langkah OPEC + menunjukkan kehati-hatian dalam menjaga stabilitas harga di tengah sinyal meningkatnya produksi dari negara-negara di luar aliansi tersebut.
Analis StoneX, Alex Hodes, menilai sentimen pasar masih cenderung lemah, terutama setelah Arab Saudi memilih tidak menaikkan harga jual resmi (OSP) minyak utamanya ke pasar Asia, berlawanan dengan perkiraan sejumlah analis.
Sementara itu, Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) menetapkan harga jual resmi minyak Murban untuk pengiriman November di USD70,22 per barel, naik dari USD70,10 per barel pada Oktober.
Konsumsi bahan bakar India melonjak 7% secara tahunan sepanjang September, menurut data Petroleum Planning and Analysis Cell di bawah Kementerian Perminyakan India.
Di sisi pasokan, Badan Informasi Energi (EIA) AS memperkirakan produksi minyak Amerika Serikat tahun ini mencapai rekor 13,53 juta barel per hari (bph), lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 13,44 juta bph. EIA juga memperkirakan persediaan minyak global akan meningkat hingga tahun depan, dipimpin kenaikan produksi dari negara-negara non- OPEC +, yang dapat memberi tekanan turun terhadap harga minyak dalam beberapa bulan mendatang.
JPMorgan mencatat, persediaan minyak global--termasuk minyak yang disimpan di laut--bertambah setiap pekan sepanjang September, dengan total kenaikan sekitar 123 juta barel selama bulan tersebut.
Di sisi lain, China tengah mempercepat pembangunan fasilitas cadangan minyak strategis sebagai bagian dari upaya meningkatkan stok nasional, menurut data publik dan keterangan pelaku industri.
Faktor geopolitik juga masih menjadi penopang harga. Konflik antara Rusia dan Ukraina terus menciptakan ketidakpastian terhadap pasokan energi global. Kilang minyak Kirishi di Rusia menghentikan unit distilasi utamanya setelah serangan drone dan kebakaran pada 4 Oktober, dengan proses pemulihan diperkirakan memakan waktu sekitar satu bulan.
Investor kini menunggu data stok minyak AS yang akan dirilis American Petroleum Institute (API) pada Selasa malam waktu setempat.
"Saat ini pasar bergerak mendatar, menunggu kejelasan lebih lanjut terkait data persediaan minyak," ujar Phil Flynn, analis Price Futures Group. (Reuters/AI)

Sumber : Admin