The Fed Kembali Isyaratkan Nada Hawkish, Kurs Rupiah Berpotensi Melemah

avatar
· Views 14
  • Rupiah melemah ke Rp16.616 per dolar AS pada Rabu (8/10) pagi, turun 55 poin (0,33%) dari penutupan sebelumnya.
  • Sinyal hawkish The Fed: Jeff Schmid menegaskan perlunya menekan inflasi, sementara Neel Kashkari memperingatkan pemangkasan suku bunga drastis bisa memicu lonjakan inflasi.
  • Outlook rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.500-Rp16.650 per dolar AS, di tengah ketidakpastian politik akibat penutupan pemerintahan AS yang berlarut.

Ipotnews - Sinyal hawkish yang muncul dari salah seorang pejabat Federal Reserve tadi malam diprediksi melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam perdagangan hari ini.
Mengutip data Bloomberg, Rabu (8/10) pukul 09.15 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan di level Rp16.616 per dolar AS. Posisi tersebut melemah 55 poin atau 0,33% dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (7/10) di Rp16.561 per dolar AS.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan dolar AS dipicu oleh faktor politik di Negeri Paman Sam. "Penutupan pemerintah AS telah memasuki hari keenam setelah negosiasi pendanaan gagal mencapai kesepakatan. Sementara Senat juga belum berhasil mengumpulkan suara untuk meloloskan langkah pendanaan jangka pendek," kata Ibrahim dalam siaran pers sore ini.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan bahwa rupiah diperkirakan melemah terhadap dolar AS yang masih melanjutkan penguatan oleh pernyataan hawkish dari pejabat the Fed Jeff Schmid dan Nel Kashkari. Gubernur the Fed Kansas City, Jeff Schmid mengatakan bank sentral perlu terus menekan inflasi yang tetap tinggi," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews pagi ini.
Di sisi lain, Presiden Fed Minneapolis Nel Kashkari mengatakan setiap pemotongan suku bunga acuan secara drastis akan berisiko memicu kenaikan inflasi AS. "Kurs rupiah hari ini diperkirakan berada pada kisaran Rp16.500 - Rp16.650 per dolar AS," ujar Lukman.
Presiden Federal Reserve Bank Minneapolis, Neel Kashkari, pada Selasa (7/10) memperingatkan bahwa pemangkasan suku bunga secara drastis berisiko memicu lonjakan inflasi.
"Langkah seperti itu bisa menyebabkan ekonomi mengalami ledakan inflasi tinggi," ujar Kashkari dalam sebuah diskusi panel bertema kecerdasan buatan dan perekonomian yang diselenggarakan oleh Minnesota Star Tribune.
"Pada dasarnya, jika kita mencoba mendorong ekonomi tumbuh lebih cepat dari potensi pertumbuhannya dan kapasitas produksinya, hasilnya justru akan mendorong kenaikan harga di seluruh sektor ekonomi," jelas Kashkari.
Kashkari, yang tahun ini tidak memiliki hak suara dalam kebijakan moneter namun tetap berpartisipasi dalam pembahasan Federal Open Market Committee ( FOMC ), juga menyoroti bahwa sejumlah data ekonomi terbaru menunjukkan tanda-tanda stagnasi ekonomi di tengah inflasi yang masih bertahan tinggi.(Adhitya/AI)

Sumber : admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest