NEW YORK , investor.id -Lonjakan harga emas yang belum menunjukkan tanda-tanda melambat mulai menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri perhiasan. Di tengah gejolak ekonomi global, harga logam mulia terus meroket hingga menembus rekor baru, bahkan naik lebih dari 50% dalam setahun terakhir.
Dikutip dari CNBC Internasional, bagi perusahaan perhiasan berskala menengah yang berusaha menawarkan produk emas dengan harga lebih terjangkau dibanding merek-merek mewah, reli harga emas menjadi tantangan besar.
Menurut Goldman Sachs, lonjakan harga emas dipicu oleh meningkatnya minat investor terhadap aset aman di tengah kekhawatiran resesi dan ketidakpastian pasar. Emas kini mencatat kenaikan dua digit selama tiga tahun berturut-turut dan nyarus menembus level US$ 4.000 per ounce.
Analis UBS memperkirakan harga emas masih akan terus menguat seiring ekspektasi penurunan suku bunga, pelemahan dolar AS, serta ketidakstabilan politik global. UBS bahkan merevisi proyeksi arus masuk emas tahun ini menjadi 830 metrik ton, hampir dua kali lipat dari perkiraan awal 450 metrik ton.
"Risiko utama bagi emas adalah jika pertumbuhan ekonomi AS membaik dan The Fed terpaksa menaikkan suku bunga karena tekanan inflasi," tulis UBS dalam laporannya.
Sementara itu, laporan Goldman Sachs pada akhir September memperkirakan harga emas akan naik sekitar 6% hingga pertengahan 2026, mencapai US$ 4.000 per troy ounce. Bank investasi itu membagi pembeli emas menjadi dua kelompok, yaitu pembeli jangka panjang (conviction buyers) dan pembeli oportunistis yang masuk saat harga dianggap menarik.
Goldman juga memperkirakan bank-bank sentral akan terus menambah cadangan emas setidaknya tiga tahun ke depan. "Bank sentral di negara berkembang masih memiliki porsi emas yang lebih kecil dibanding negara maju, dan mereka terus menambah kepemilikan sebagai bagian dari strategi diversifikasi," tulis analis Goldman Sachs Lina Thomas.
Data survei Dewan Emas Dunia (World Gold Council) pada Juli menunjukkan 95% bank sentral memperkirakan kepemilikan emas global akan meningkat dalam setahun mendatang.
Kenaikan harga emas terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global, yang semakin diperburuk oleh kebijakan tarif impor tinggi dari Presiden AS Donald Trump. Meskipun Trump menegaskan emas tidak akan dikenai tarif, kebijakan tarif tinggi terhadap negara lain tetap mengguncang rantai pasok global.
Beberapa produsen perhiasan besar seperti Pandora dan Signet mulai menyiapkan langkah antisipasi, termasuk kemungkinan menaikkan harga produk atau mencari bahan alternatif untuk menekan biaya produksi.
Sementara itu, merek seperti Mejuri, yang dikenal menawarkan perhiasan emas dengan harga lebih terjangkau, juga mulai merasakan tekanan. Bulan lalu, perusahaan ini mengumumkan kenaikan harga karena melonjaknya biaya emas, perak, dan tarif impor.
"Meski kami telah berupaya menahan dampaknya tanpa mengorbankan kualitas, beberapa harga produk akan kami sesuaikan mulai Senin, 29 September," tulis Mejuri dalam email kepada pelanggan. Perusahaan itu juga mengembangkan produk baru seperti emas solid 10 karat agar tetap bisa menawarkan perhiasan berkualitas dengan harga terjangkau.
Pangkas Margin
Pandora mengungkapkan dalam laporan keuangan kuartal II bahwa lonjakan harga emas dan perak telah memangkas margin hingga 80 basis poin. Perusahaan berencana menyesuaikan harga untuk menjaga profitabilitas. Sementara Signet melaporkan kenaikan biaya emas lebih dari 30% dalam setahun terakhir.
Perusahaan perhiasan BaubleBar memilih strategi berbeda. Mereka fokus pada lini demi-fine jewelry, produk perhiasan berlapis emas 18 karat di atas perak murni, yang menawarkan tampilan mewah dengan harga jauh lebih rendah, antara US$ 50 hingga US$ 150.
Baca"Kami melihat minat terhadap demi-fine jewelry meningkat pesat. Ini menjadi alternatif menarik bagi konsumen yang ingin kualitas mirip emas murni dengan harga lebih terjangkau," kata Co-Founder BaubleBar Daniella Yacobovsky.
Sementara itu, desainer Alexis Bittar mengaku harus menyesuaikan strategi dengan memperbanyak produk berlapis emas untuk menekan biaya. "Kami tetap menjaga harga agar sesuai dengan ekspektasi konsumen, meski biaya bahan baku terus meningkat," ujarnya.
CEO perusahaan tindik telinga Rowan, Louisa Schneider, menyebut kenaikan harga emas sebagai 'indikator ketakutan' di pasar global. "Kenaikan ini bukan karena permintaan industri atau konsumen, melainkan akibat aksi penimbunan emas di tengah ketidakpastian terhadap dolar AS," ujarnya.
Rowan, yang menggunakan emas 14 karat untuk melapisi bahan seperti baja bedah dan titanium demi alasan kesehatan, mengaku relatif terlindung dari lonjakan harga. Namun, perusahaan tetap terpaksa menaikkan harga beberapa produk pada awal kuartal III.
"Dari sisi kami, ini cukup mengkhawatirkan. Kami tidak melihat harga emas akan turun dalam waktu dekat, dan kami terus melakukan lindung nilai serta memperkuat kerja sama dengan pemasok," tambah Schneider.
Schneider menilai, kondisi ini menjadi sinyal peringatan bagi ekonomi global. "Permintaan emas kali ini bukan datang dari konsumen yang ingin memakai emas, tetapi dari aksi penimbunan karena ketidakpastian ekonomi, sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya," ujarnya menutup.
Sumber : investor.id
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
Tải thất bại ()